Mendengar kata ini membuatku pusing dan membuat seuruh sel-sel otak serasa berhenti bekerja karena terbayang betapa ngerinya bangunan yang dipenuhi dengan lautan orang berbaju putih. Bagi keluargaku Rumah sakit, operasi, opname merupakan momok yang begitu sering dialami. Entah sudah berapa kali bergantian keluar masuk rumah sakit, jika ditanya mau apa tidak setiap orang pasti menjawab tidak mau masuk Rumah sakit. Termasuk keluargaku, tapi keadaan berkata lain, hanya dengan dirawat di Rumah Sakit baru bisa pulih seperti sediakala.
Jujur aku bosan dengan Rumah Sakit, aku muak dengan kata operasi dan opname. Aku tak ingin ada lagi anggota keluarga yang singgah disana meskipun hanya sekedar periksa. Karena senua akan sehat dan tiada problem lagi dengan kesehatannya. Akupun juga eneg ketika harus ke Rumah Sakit memeriksakan bekas cuci otak ataupun si penganggu di tenggorokanku yang terkadang kambuh sakit sekali. Tapi itu cuma sekedar periksa dan meminta obat, semoga gak lagi-lagi. Aku sudah jengah dengan rumah sakit......
Kali ini Adit yang harus dirawat disana, karena sakit typus, Jika diurutkan entah siapa yang lebih dulu di rawat di Rumah Sakit.
Bue : sudah berapa kali beiau menjalani operasi mulai operasi uci-uci mungkin saat itu aku belum lahir. Saat aku SMA kelas 2 ibu cobaan kembali menimpa, beberapa penyakit telah terdeteksi dan hinggap di badan Bue. Awalnya hanya di curret karena pendarahan yang hebat, tak terbayangkan bagaimana bingungnya Masku saat harus menunggu bue di Rumah Sakit sedangkan istrinya tengah hamil tua, tinggal menunggu detik-detik kelahiran. Jika ditanya siapa wanita yang kau anggap sebagai wonder women? maka aku akan menjawab “Bueku tercinta”. Allah menginginkan dosa Bue dihapus melalui sakit maka allah sering memberi Bue sakit. Tidak berhenti curret saja, setelah itu ibu operasi 3 macam penyakit sekaligus. Aku masih ingat betul saat itu bagaimana wajah Bueku setelah dioperasi, seolah bukan Bue wajahnya pucat pasi. Tak terbayangkan bagaimana sakitnya perut harus disobek memanjang. Miris aku membayangkan, membayangkan saja takutnya bukan main apalagi merasakan. Kami berharap ini adalah yang terakhir.
Ternyata, Allah menginginkan hal lain. Waktu itu sedang libur, Mbak Ning sekeluarga datang ke rumah. Ibu mana yang gak senang jika anak dan cucunya datang. Demikian halnya dengan Bue, saat anak cucu berkumpul bue pasti akan memasakkan makanan kesukaan kami., Satu persatu dari keponakanku ditanya mau dimasakan apa.Setelah selesai bertanya Bue akan pergi ke pasar belanja pesanan keponakanku. Seperi pagi itu, yang kebetulan bertepatan hari ahad, Bue pergi ke pasar sendirian, karena biasanya seperti itu. Terkadang mengajakku atau menyuruh akau yang belanja ke pasar, tapi pagi itu Bue pergi sendiri ke pasar, biasanya akan pulang dengan naik becak.
Pagi itu begitu cerah tapi sayang tak secerah suasana hati kami sekeluarga. Saat aku masih mencuci piring di dapur. Ku dengar Bue, berteriak dari depan rumah mengatakan Pak aku mau tiba, akupun langsung berlari ke depan untuk melihat keadaan Bue, kami kira hanya jatuh biasa. Karena Bue bilang Cuma terpeleset dan tanganya digunakan untuk penopang. Kami kira hanya kesleo. Aku lihat keadaan Bue, jaket dan dasternya kotor semua terkena tanah. Kebetulan habis hujan, mungkin itu salah satu penyebabnya ditambah lagi warung dimana Bue menitipkan barang tersebut juga berjualan minyak goreng kemungkinan besar tercampur dengan air dan pastinya membuat semakin licin. Maklum pasar tradisional,...
Aku membersihkan badan Bue, yang penuh dengan tanah. Bue terus mengeluhkan kalau tangan kirinya sakit sekali. Saat kulihat dan mengamati lebih jauh, sepertinya ada yang bebeda dengan tangan Bue sebelah kiri. Aku sempat berfikir, jangan-jangan patah tulang. Tapi pikiran itu segera kuenyahkan dari otakku, dan tetap khusnudhon bahwa hanya kesleo. Saat memakaikan baju juga sangat sulit , karena Bue terus merintih kesakitan. Bue gemetar mungkin karena kaget, belum sempat memakan apa-apa dan yang paling menahan rasa sakit yang luar biasa . Ini membuatku, Bapak, Mbaku, semua jadi bingung.
Mbak Erna langsung ditelphone untuk segera melihat kondisi Bue. Tak lama kemudian Mba Erna datang dan kamipun berunding baiknya seperti apa. Hingga memutuskan untuk dibawa Ke Rumah Sakit khusus tulang di Kartasura. Sebelum itu aku sempat melihat Mbak Ning masuk kamar, dan menangis menyalahkan dirinya kalau tidak datang ke rumah tak akan terjadi seperti ini. Bue dibawa Ke Kartasura aku ditinggal di rumah dengan Bapak. Hanya Mbaku dan Masku yang kesana.
Di rumah pun tidak tenang, terus harap-harap cemas menunggu kabar dari Mbaku. Akhirnya telephone berdering juga, mbaku mengabarkan bahwa Bue patah tulang dan harus dioperasi. Kepalaku terasa ditimpa benda berat, segunung mendengar itu. Tapi belum bisa dioperasi karena ternyata gula Bue tinggi. Gak bisa membayangkan bagaimana Bue berjuang untuk bisa bangkit, beridiri, dan pulang naik becak dengan kondisi patah tulang tanpa ada seorangpun yang membantunya.
Bapak sedang dhahar, tapi beliau berbicara sambil menangis. Aku melihat Bapak menangis lagi, ekspresi dan tangis yang sama saat tau Bue dicurret di Pekalongan dan kami berada di rumah. Kekhawatiran sekaligus kesedihan seorang suami tergambar jelas, tapi kali ini lebih menyakitkan aku bisa merasakannya. Bapak bilang kenapa di masa-masa tua yang tinggal menikmati hasil kerja keras malah diuji seperti ini. Ah...Bapak ‘pahlawanku’ karena beliau Suami yang setia , Bapak yang luar biasa. Bisa melakukan pekerjaan Ibu Rumah tangga. Bapak pintar memasak.Beliau yang menyiapkan makanan Ibu, memandikan,menyiapkan obat. Perawat yang luar biasa. Semoga Bapak senantiasa diberi kesehatan, karena kalau Bapak sakit siapa yang mengurus Bue. Semoga Bapak dan Bue selalu diberi limpahan Rahmat.
Bue baru bisa dioperasi hari senin sore. Malam pertama di Rumah Sakit merupakan malam terberat bagi Bue. Kebetulan hanya aku dan Bapak yang menjaga Bue di Rumah Sakit. Semalaman Bue tidak bisa tidur karena sakit yang luar biasa, aku gak tega melihatnya. Bue terus merintih kesakitan. Aku hanya bisa membimbing Bue untuk beristighfar, saat Bue mulai bisa tidur aku bisa tilawah dengan tenang. Aku sampai bingung harus berbuat apa, Bue terus mengeluhkan sakitnya. Karena Bue bilang lebih sakit ini dibandingkan operasi yang sebelumnya. Kalau dulu sakitnya mungkin setelah operasi, tapi kalau sekarang sakitnya sudah dirasakan sebelum operasi. Dokter tidak berani mengoperasi Bue karena ternyata Bue punya gula yang cukup tinggi, kami sekeluarga sempat kaget karena sebelumnya gak pernah mengeuhkan tentang penyakit gula.Semoga operasi yang dijalani Bue itu adalah operasi yang terakhir bagi Bue dan bagi keluarga kami. Gak boleh ada yang opera isi lagi.
Aku dan Uyut : Entah kenapa, kata ibu bekas infus saat aku masih kecil. Jadinya kayak keloid, dan harus dioperasi. Untungnya operasi kecil sekitar setahun yang lalu bulan Februari, aku menjalani operasi dengan sadar karena hanya bius lokal. Takut, karena ini pengalaman pertama, semoga terakhir. Aku melihat ke atas ada benda-benda tajam yang dibawa dokter, makanya aku memejamkan mata dan memalingkan muka. Namun saat ku menoleh ke kiri darah segar mengalir. Aku ngeri dengan semua ini. Operasi kecil sebenarnya tapi cukup menakutkan. Saat dijahit aku merasakan kulit kepalaku terasa lebih tebal, benang yang digunakan untuk menjahit putus terus aku mendengar itu. Akun ingin operasi ini segera berakhir. Akhirnya berakhir juga, aku langsung ke luar menemui Bue yang sedari tadi menungguiku di luar. Bapak sedang menebus obat. Badanku terasa lemas, kepalaku pusing. Aku bersandar di badan ibu, dan gak bisa berkata apa-apa seperti mau pingsan. Bue histeris memanggil-manggil perawat, akhirnya aku masuk lagi ke ruangan tidur dan diberi teh hangat. Dokter yang mengoperasiku kembali memeriksaku, ternyata aku tidak apa-apa hanya takut saja. Tidak berselang lama aku boleh pulang. Setelah sampai rumah baru terasa sakit mungkin biusnya sudah muai hilang. Setelah seminggu, aku harus kontrol untuk dibuka jahitannya. Saat itu aku diantar Bapak. Seorang petugas menggunting benang dan mengangkat jahitannya dari kepalaku. Ternyata belum begitu kering, sepertinya perhitungan dokter kurang tepat. Bekas jahitannya masih mengeluarkan darah, petugas itu kemudian mengambil kapas dan ditekan keras sekali di kepalaku, agar darah tidak keluar. Aku sebenarnya menahan sakit, ingin sekali menangis dan berteriak. Akhirnya aku dan Bapak pulang. Saat pulang Bapak menanyakan apakah sakit, ya kujawab sakit sambil senyum-senyum nahan sakit. Sepanjang perjalanan ke rumah, airmataku terus ,meleleh. Sampai di rumah aku menangis sejadi-jadinya sakit, benar-benar sakit. Huh perawate kasar banget sih....
Sudah cukup sepertinya, cerita dengan perawat, karena tak kan ada lagi perawat yang akn mengotak-atik tubuhku. Aku akan sehat, gak lagi-lagi daaah sakit.
Uyut : Diusia 85 tahun, tubuh renta uyut menjalani operasi mata karena uyut mengidap katarak. Kalau berjalan sudah tidak jelas, uyutpun operasi di Boyolali. Tapi hanya rawat jalan, seperti aku.Setelah operasi, mata uyut dibalut perban kanan kiri seperti bola besar ada di mata uyut. Kasihan aku melihatnya. Tapi akhirnya uyut bisa sembuh, dan bisa melihat lagi dengan jelas. Belum lama ini uyut di rawat di Rumah Sakit karena diare yang tak kunjung sembuh, mungkin sekitar 3 minggu yang lalu.
Adisty : Entah sudah berapa kali anak yang baru berumur 5 tahun ini keluar masuk Rumah Sakit. Saat masih berumur setahun lebih pernah dirawat di rumah Sakit karena diare, seteah itu dirawat lagi karena panas, DB, dan yang terakhir ini panas yang tak kunjung turun. Harus dites darah terus untuk memastikan penyakit apa yang senbenarnya diderita Adisty. Ternyata panas yang diderita itu karea virus. Pernah Adis dirawat di Rumah Sakit saat Idul Adha, saat itu aku masih SMA. Sungguh aneh sekali, aku berangkat sholat dari Rumah Mbaku, gimana Mbaku gak sedih saat Idul Adha harus berada di Rumah Sakit. Adisty... kamu anak yang kuat, dan tak akan sakit lagi. Sudah cukup, tanganmu disuntik jarum suntik, infus, dicek darah.
Mbak Erna : Mbaku ini juga pernah operasi dua kali. Yang pertama karena ada uci-uci yang kedua usus buntu.
Mas Budi : Entah karena sering menahan kencing atau bagaimana, ginjal masku sedikit bermasalah. kembali di bawa ke Rumah sakit .
Dan kini Aditya yang harus di rawat di rumah sakit,entah bagaimana keadaanmu. Ini pertama kalinya kamu dirawat di rumah sakit. Adit...kau baru saja milad hari Rabu kemarin. Usiamu sekarang genap 10 tahun. Begitu cepat waktu berlalu, dulu aku sering menggendongmu saat ditinggal kuliah. Kini kau semakin tinggi, tumbuh besar bahkan tinggi kita hampir sama. Maaf, kemarin kau menanti-nantikan ucapan selamat ulang tahun dari Mbak Atih ya? Mau dibelikan, mbak Atih apa? Pesenan kemarin, insyallah mbak carikan. Cepat sembuh ya, nanti kita bisa ke Taman Pintar nonton film 4D. Mbak Atih sayaaaang Adit.
Betapa sering keluarga mbaku keluar masuk Rumah Sakit secara bergantian. Siapapun juga tidak ada yang mau, semua itu datang dari Allah, sebagai seorang hamba hanya bisa menjalankan skenario yang telah dibuat Sang Sutradara. Biarkan orang berkata apa jangan hiraukan apa kata mereka, tetaplah teguh dalam keimanan bahwa semua ini datang dari Allah dan kembalikan ke Allah Semata.
Ya Rabb,...betapa besarnya cintaMu kepada kami, betapa luas rahmat-Mu kepada kami, mungkin ini adalah bagian tarbiyah dari Mu. Semoga kami semua mampu menjadi manusia yang setingkat lebih baik. Semoga kami sanggup melewati cobaan ini, ...
“ Ampunilah kami, Ya Tuhan Kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.’’ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. (Mereka berdoa) “ Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan Kami ,janganlah Engkau bebankan Kami beban yang berat seabagaimana Engkau bebankan orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa-apa yang tak sanggup kami memikulnya, beri maaflah kami, ampunilah kami, dan Rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap orang kafir (Al-Baqarah 286)
Semoga kami semua bisa tabah, menjalani tarbiyah dari Mu Ya Allah....
Betapa Allah mencintai kami...