Tahukah kamu sebenarnya aku rindu....
Sangat rindu..
Ketika kita bertemu kemudian memelukmu..
Sebenarnya ingin terus memelukmu
Tak ingin melepaskanmu
Tapi aku hanya berpura-pura biasa saja
Mencubitmu atau mengganggumu itu menyenangkan
Meski ku tahu kau tak begitu suka
Aku sangat rindu padamu
Ingin sesekali meluangkan waktu
Hanya sekedar makan bersama
Berbagi cerita di hari itu
Ketika aku tertawa di hadapanmu
sebenarnya ada sakit yang mendera tubuhku
ingin kubagi denganmu
tapi aku tak mampu
tak selayaknya kau tahu
Biarkan ini menjadi bebanku
Apakah semua ini hanya bingkai semu?
Entahlah
tapi aku tulus mencintaimu..
Rabu, 31 Oktober 2012
Selasa, 30 Oktober 2012
MEMAKNAI TEMBANG ILIR-ILIR
Bismillahirohmaniirahim...
Bukan bermaksud untuk
menggurui atau sok tau tetapi mencoba
sedikit berbagi ilmu,jika ada yang salah ataupun kurang lengkap silahkan
ditambahkan. Matur nuwun ^_^
Lir-ilir, Lir Ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah Angon, Cah
Angon
Penekna Blimbing Kuwi
Lunyu-lunyu penekna
Kanggo Mbasuh Dodotira
Dodotira Dodotira
Kumitir Bedhah ing pinggir
Dondomana, Jlumatana
Kanggo Seba
Mengko sore
Mumpung Padhang
Rembulane
Mumpung Jembar Kalangane
Yo surako surak Iyo!!!
Lagu ilir-ilir
sudah bukan lagu yang asing lagi di telinga kita. Tembang
sederhana buatan Sunan Kalijaga ini sarat makna dan filosofi. Para
munsyid ataupun para band sering membawakan lagu ini,di acara pernikahan,
kajian,seminar, ataupun acara lainnya. Namun ada beberapa hal yang menurut saya
perlu diperhatikan dalam membawakan lagu ini. Terlebih lagi bagi para munsyid (penyanyi
nasyid) jangan sampai salah dalam menyampaikan dan memaknai lagu ini. Para
munsyid bersenandung dengan tujuan mengajak orang lain menuju kebaikan melalui
syair dan nada yang disampaikan.
Karna kebetulan lirik dari tembang ini adalah berbahasa jawa
setidaknya ketika membawakan lagu ini pelafalannya harus benar,tidak harus medhok seperti orang jawa tetapi setidaknya tidak merubah
makna dari lagu Ilir-ilir itu
sendiri.
Saya akan mencoba
membagi menjadi 2 pembahasan yaitu
pelafalan dan pemaknaan.
1. Pelafalan
Ketika
mengucapkan kata ilir-ilir kebanyakan yang saya temui vokal i pada kata ilir dan kumitir tetap diucapkan dengan [i.]
Pelafalan yang benar adalah [i l I r], huruf i tersebut seharusnya diucapkan
sedikit tebal [I] jadi seolah-olah
seperti mengucapkan e, pada kata tandur dan
dodotira konsonan
[ d] sering diucapkan seperti kita mengucapkan kata dari pada bahasa
Indonesia. Berbeda ketika penulisannya dh
maka dibaca seperti huruf [d] biasa
dalam bahasa Indonesia. Misalnya kata dhuwit diucapkan seperti huruf [d]
dalam kata dan.
Konsonan
[d ] dalam bahasa Jawa termasuk bunyi apiko
dental yaitu bunyi bahasa yang dalam proses pelafalan arus udara dihambat
oleh artikulator pasif gigi atas dan artikulator aktif ujung lidah. Secara
sederhana pengucapan [d] ujung lidah
berada di gigi atas seperti kita
mengucakan huruf [t].
Ada dosen yang mengajari kami belajar dengan
latian mengucapkan dul idal idul idal
idul secara berulang-ulang.
2. Pemaknaan
-
Lir-ilir, Lir Ilir tandure wus
sumilir
ilir di sini dapat dimaknai nglilir ( bangun), seseorang dapat bangun dari tidur. Filosofinya
bisa dimaknai kita bangkit ataupun bergerak. Tanduran yang sumilir kena terkena angin pasti akan bergerak
mengayun ke kanan dan ke kiri. Begitu pula kita juga harus bangkit dan bergerak
melawan semua hawa nafsu kita, melawan segala kemalasan ,melawan segala
kemungkaran dan kemaksiatan yang ada di dunia.
-
Tak ijo royo-royo. Tak sengguh
temanten anyar.
Tak
ijo royo-royo artinya warnanya begitu hijau. Sedangkan kata sengguh setelah saya cari dalam kamus Bausastra Jawa dan disesuaikan dengan konteks berarti ‘duwe
ambek kaya’ mempunyai watak seperti. Seperti apa yaitu seperti
pengantin baru. Mengapa pengantin baru? Pengantin baru biasanya masih
seneng-senengnya, bahagia-bahagianya. Yang dimaksudkan semangatnya sama seperti
pengantin baru.
-
Cah Angon, Cah Angon, Penekna
Blimbing Kuwi
Filosofi yang selanjutnya adalah cah angon (penggembala). Manusia diibaratkan angon atau
menggembala di dunia ini. Menggembalakan
segumpal daging dimana jika segumpal daging itu baik maka baik semuanya. Dia bernama hati. Hati manusia yang sulit
untuk ditebak dan dikendalikan karna dipenuhi dengan nafsu dan segala penyakit
hati yang lain. Maka pandai-pandailah dalam
menggembala hati kita, menjadi hati yang suci hati yang senantiasa
berdzikir mengingat Allah. Si penggembala tadi diminta menek wit blimbing (memanjat
pohon belimbing). Pohon belimbing bergerigi 5. Hal ini menggambarkan tentang
rukun islam ada 5 yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.
-
Lunyu-lunyu penekna , Kanggo Mbasuh Dodotira
Meskipun lunyu atau licin tetap
panjatlah. Untuk mbasuh ‘membasuh’ dodotira
‘ bajumu’. Dodot merupakan kain yang dililitkan dibadan. Pohon
belimbing memang sangat licin dipanjat apalagi ketika musim hujan. Sama seperti
rukun islam itu untuk mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan kelima rukun
islam itu memang sangat sulit, butuh perjuangan, pengorbanan dan tentu banyak
ujian. Tetapi jika kita berhasil
melaksanakan kelima rukun islam tersebut terbasuhlah baju kita. Apabila
pakaian kita telah terbasuh dengan sempurna maka akan menjadi bersih. Membasuh disini sama seperti kita wudhu untuk
mensucikan diri. Sedangkan baju yang dimaksud adalah pakaian taqwa. Ketika kita
berhasil melakukan kelima rukun islam dengan sempurna maka akan semakin
mensucikan diri kita dan menjadi orang yang benar-benar taqwa.
-
Dodotira Dodotira, Kumitir Bedhah ing pinggir.
Bajumu- bajumu , kumitir mempunyai arti ‘kumlebet geter kena angin’ (bergetar terkena angin) dan makna yang lain
adalah khawatir. Jika disesuaikan dengan konteks di sini yang paling tepat
adalah bergetar terkena angin hingga
mengakibatkan dodot itu tadi bedhah ( sobek) di bagian pinggirnya.
Angin di sini diibartakan seperti cobaan yang terus datang sehingga merusak
pakaian taqwa kita hingga sobek di sana-sini.
-
Dondomana, Jlumatana, Kanggo
Seba Mengko sore
Dondomona
,Jlumatana memiliki makna yang sama yaitu jahitlah. Jadi
kain yang kita pakai yang telah sobek tadi silahkan dijahit, agar menjadi
utuh kembali menjadi sebenar-benar
taqwa. Sedangkan kata Sèba berarti ngadep ing ngarsané priyayi gedhé (luhur) artinya mengahadap ke
orang yang luhur dalam hal ini adalah Tuhan (ALLAH). Bekal kita untuk menghadap Tuhan nanti ketika
kita meninggal tidak lain hanyalah iman dan taqwa.
-
Mumpung Padhang Rembulane, Mumpung Jembar Kalangane, Yo surako surak Iyo!!!
Mumpung rembulan masih terang, mumpung masih jembar ‘ luas’ kalangane.’ kalangan berarti
buwengan (lingkaran) pada rembulan
atau pun matahari. Hal ini berarti mumpung masih ada waktu, mumpung kita masih
bisa melihat sinar rembulan. Maka katakanlah ‘iya’, Bukan hanya diucapkan
dengan lisan iya tetapi hati ikut meyakini dan diwujudkan dalam perbuatan. Maka
sempurnalah keimanan seorang muslim.
Semoga tulisan sederhana ini dapat
bermanfaaat. Boleh dishare ke yang lain. Sedikit masukan untuk para munsyid
kalau ingin membuat ataupun menyanyikan lagu berbahasa asing termasuk bahasa daerah.
Sebaiknya ditanyakan dulu kepada yang lebih tau, biar tidak salah dalam
pemaknaan. Jika ada ada grup nasyid yang ingin menggunakan lirik berbahasa
Jawa, mungkin bisa share dengan saya. Setidaknya
bisa sedikit berbagi dan menerapkan ilmu yang saya pelajari di jurusan Bahasa
Jawa. Tapi kalau ternyata ilmu saya
belum mencukupi untuk membantu teman-teman semua, mohon dimaklumi. InsyaALLAH
akan coba saya tanyakan kepada yang lebih tau..Terimakasih :)
Semangat
berkarya para munsyid di seluruh Indonesia, Semoga karya kita bukan hanya
sekedar hiburan tetapi bisa semakin menambah ketaqwaan kepada Allah SWT.
Keep
istiqomah, semoga full barokah di jalan dakwah..
MARI DENGARKAN CERITAKU SEJENAK
Bolehkah aku bercerita.....
Aku teringat sesuatu, saat aku
berdiri di panggung itu..
Bagaimana tidak, panggung itu
terlalu megah untuk ukuran anak yang berumur 8 tahun, kira-kira kelas 3 SD.
Entah darimana asalnya, dan
bagaimana kronologisnya hingga aku bisa menyanyi disana.
Anak bau kencur, yang sama sekali
ga tahu teknik vocal. Tiba-tiba menyanyi di sebuah acara yang menurutku luar
biasa, dan lagu yang kubawakan bukan lagu anak-anak seperti pada umumnya.
Seingatku Itu pertama kalinya aku menyanyi di depan orang banyak.Setelah peristiwa itu jadi sering disuruh nyanyi baik di sekolah, maupun di acara 17 an,maklum tradisi itu masih ada. Selain itu sering juga diminta menyanyi di walimahan saudara. Keluarga mendukung saja ketika aku menyanyi. Bahkan saat aku yang dulu masih sekecil itu bersanding dengan penyanyi sungguhan yang memang dengan sengaja didatangkan dan dibayar di acara aqiqah salah seorang tetangga yang kayaknya juga masih saudara meskipun agak jauh.
Ketika aku datang mbak-mbake penyanyi yang cantik dengan dandanan yang agak menor (maaf) menyambutku dengan ramah dan gemes banget ma aku, ya maklum saat itu masih lucu. Mungkin rada nggumun ko aku berani nyanyi, aku ditanya “mau nyanyi apa dek?”. Cukup kujawab dengan senyum yang malu-maluin lha belum kenal sih. Tapi gak berselang lama terjadi keributan, mbakku langsung mengamankanku dan gak jadi nyanyi deh. ..mesakke tenan yo!!
Setelah kejadian itu aku masih tetap menyanyi, setiap sekolah ada acara apa gitu selalu memintaku untuk menyanyi. Mungkin dari situ aku belajar, karena jujur saja aku tak pandai membaca notasi,dan sama sekali tak mengerti teknik vocal. Pernah juga mengikuti perlombaan macapat, mengikuti serangkaian seleksi hingga akhirnya terpilih. Lomba macapatku yang pertama langsung ke kabupaten rasane begitu deg-degan. Ketika PORSENI tiba aku juga mengikuti serangkaian seleksi, bahkan ikut seleksi diberbagai perlombaan. Mulai dari tari, geguritan dan macapat itu sendiri. Saat itu aku mencoba mengasah kemampuanku di bidang lain, aku ingin bisa semuanya. Meskipun ada teman yang berkomentar bahwa aku harusnya milih salah satu, karena nanti tidak akan fokus atau apalah namanya itu. Saat harus seleksi tari di kecamatan aku ga lolos, ya maklum wae bisa nari aja dikit-dikit. Tapi akhirnya tetep kembali ke duniaku, dunia tarik suara. Hingga akhirnya terpilih dan diminta mewakili sekolahku. Aku masuki ingat, sering datang ke rumah guruku tercinta Pak Pri namanya. Suaranya bagus, caranya membaca geguritan bagus, beliau juga bisa menjadi pranata adicara. Sosok yang inspiratif menurutku. Beliau itu multitalent . Banyak hal yang kupelajari dari beliau, aku jadi tau bagaimana nembang macapat yang ada luk’e,cara membaca geguritannya bukan seperti orang-orang kuno yang nadanya sama dari awal sampai akhir.Pokokoe TOP banget, belum lagi Bu Pri ( istrinya P.Pri) yang selalu menyediakan jamu kunir asem, katanya biar suarane bagus. Tiap hari dibimbing latihan dan akhirnya maju lomba di kecamatan dan selanjutnya di kabupaten.
Alhamdulillah bisa juara tiga, aku ingat betul saat lomba harus mengenakan nyamping dan kebaya, jam setengah enam pagi harus sudah ngantri di salon untuk make up. Begitulah kisah di masa-masa SD.
Memasuki SMP, awalnya belum banyak yang tau kalo aku bisa nyanyi. Agak lupa konangane karena apa, kayake karena ikut lomba solo vocal saat classmeeting. Gila aja, g pernah nyangka kalo dapet juara 1. Ya sejak itu jadi sering nyanyi di acara-acara sekolah baik acarane siswa,guru maupun saat mengundang wali murid, dan biasane diiringi keyboard oleh adik kelasku yang setia mengiringiku sejak SD sekarang dia dimana ya?! Selain itu ikut ansamble musik, paduan suara dan karawitan. Di paduan suara dan ansamble aku bertemu lagi dengan guru sekaligus wali kelasku. Bu Tri widayati, lebih dari seorang guru, beliau adalah sumber ilmu, dan sosok seorang ibu. Kangeeeeen pengen ketemu. Karena sekarang beliau sudah pindah dari SMP 1 Simo. Dari beliau aku belajar teknik vocal,macam2 pokoke. Beliau kan guru seni musik. Jadi sedikit banyak taulah, di paduan suara aku gak ikut nyengnyong tapi malah jadi conductor (bukan benda yang menghantarkan kalor lho) tapi biasa disebut dirigent (awas kalo sampai salah baca jadi drigen!!). Pengalaman yang paling mendebarkan adalah saat harus menjadi dirigent di upacara aubade se kecamatan. Gimana gak grogi harus laporan ma inspektur upacara dulu, sebelum paduan suara kami nyanyi. Yang bikin semakin grogi itu bukan laporannya, tapi masalah baris-berbarisnya yang gak bagus. Maaf aja ya, aku kan g begitu aktif di pramuka,salah-salah dikit bisa diampuni. Di karawitan juga gak lepas dari yang namanya nyanyi awalnya sih memainkan gamelan meskipun Cuma balungan, tapi ujung-ujungnya nyanyi lagi. Gimana enggak, aku disana disuruh jadi gerong. Aku masih menyimpan foto saat main di acara perpisahan dulu. Aku pake kebaya, bunga kamboja terselip manis di rambutku dan teman2. Betapa aku tidak pernah terlepas dari nyanyi dan bagiku menyanyi adalah bagian dari hidupku.
Saat SMA akupun masih tetap bergelut di dunia tarik suara dan juga profesi dirigentku yang tidak pernah ketinggalan , kayaknya sudah begitu melekat seperti sudah benar-benar terpatri Naris =dirigent mosok dari SD-SMA. Jadi ingat pengalaman jadi dirigent yang paling memalukan adalah saat harus memberi aba-aba dan harus naik ke atas meja gara-gara aku terlalu pendek jadi aba-abanya gak kelihatan dari belakang. Bayangpun.....,malu banget apalagi paduan suaranya kakak kelas.
Aku masih tetap nyanyi sewaktu
SMA, menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba solo vocal. Aku memilih lagu dari penyanyi kesayangan,
dan diiringi Pak Pras (Guru SMPku red).
Sama seperti SD dan SMP yang sering nyanyi diacara sekolah maupun acara
guru. Ada yang baru saat aku SMA, aku ikut band..Ada Pak Joko yang selalu menggebu-gebu
menyuruhku untuk terus bernyanyi.
Terlepas dari itu semua...aku juga mulai menata hidup dan langkahku dengan memakai jilbab. Saat mulai naik kelas 2 SMA. Meski sudah memakai jilbab, rutinitas menyanyi tidak pernah lepas. Sampai aku mengetahui tentang suara wanita menurut pandangan islam dari seseorang. Meski aku tau gak merubah semuanya, aku tetap menyanyi. Tetapi sempat beberapa kali aku mengikuti lomba baik lomba macapat, lomba vocal gak pernah menang dan hasilnya itu selalu beda dengan latihanku. Sejak saat itu aku mulai berfikir apakah ini teguran?! Atau memang ada yang salah denganku?Entahlah, aku tak tau. Aku tetap bernyanyi hingga suatu hari ketika aku harus kehilangan suaraku dan benar-benar parau padahal besok aku harus bernyanyi di acara perpisahan kakak kelas, bahkan aku sudah latihan dan memilih lagu yang bagus , iringan organnya pun sangat indah ( Jay..jangan GR ya). Tapi itu semua pupus sudah, tak ada harapan untuk bisa menyanyi hari itu. Kejadian seperti ini tidak hanya sekali, setiap aku mau nyanyi selalu tidak jadi entah ada-ada saja kendalanya. Kalaupun jadi nyanyi hasilnya tidak bagus dan pasti ada yang salah. Yah mungkin aku harus belajar lebih giat lag Dan aku mulai menerimanya,mencoba menggali setiap hikmah yang terkandung di setiap peristiwa yang terjadi. Meskipun banyak perbedaan pendapat ulama tentang suara wanita.
Memasuki bangku kuliah, mulai belajar tentang islam lebih jauh lagi. Memantapkan diri menjadi seorang muslimah sejati yang harus bisa memilih mana yang syar’i dan mana yang tidak. Hingga sampai pada masa dimana aku dipertemukan dengan Al-Huda, Sebuah petunjuk yanng menggiringku ke jalan dimana aku harus berdiri memantapkan langkah dan keyakinanku yang sempat goyah. Suatu hari Aku mengikuti audisi nasyid akhwat, seneng rasanya bisa menyanyi tetapi tetep syar’i. Nasyid akhwat......”DAWAI” (Dakwah Wanita Islami). Sekarang setiap kata yang kuucapkan di lirik senandungku adalah dakwah. Setiap nada yang kulantunkan adalah ibadah. Harmoni nada-nada yang selalu menggema di sepanjang waktu adalah bukti komitmen kami terhadap islam. Inilah jalan kami..jalan dakwah kami. Jalan dakwah lewat seni...Inilah bukti komitmenku kepada-MU Rabbi,,
Seandainya saat SMA dulu, sudah ada yang mewadahi akhwat untuk senantiasa berkreasi..
Bagaimana mau mewadai, setiap aku
selesai menyanyi akan ada sikap yang kurang enak dan membuatku merasa telah
melakukan dosa besar, apalagi posisiku sebagai wanita yang berjilbab.
Aku merasakan sikap itu dari
orang2 yang bergelut di------ sekolah, entah karena aku yang tak terlalu kenal
atau bagaimana. Semoga hanya perasaanku yang salah. Semoga saat ini telah ada
tempat yang khusus mewadahi wanita muslimah yang ingin terus menggali potensi
dan kreasinya. Jangan sampai ada akhwat yang seperti aku.
Meskipun aku terkadang masih
“nyinden”di kelas, itupun karena disuruh dosen, harap dimaklumi. Mengingat
jurusanku yang mengharuskan memiliki
skill untuk sindhen menyindhen.
------------------------------------------0----------------------------0--------------------------------
Bagaimana bisa aku dipisahkan
dengan menyanyi, jangan pisahkan aku. Menyanyi adalah bagian dari hidupku.
Kalau kata BSBK ( Bidangku tercinta). Separuh jiwaku seni....
Sempat ada kekhawatiran
kalau-kalau aku disuruh berhenti bersenandung..
Tahun 2012 ini mendapat amanah baru yang sebenarnya sudah membuatku penasaran sejak tahun lalu yaitu di Asosiasi Nasyid Nusantara wilayah Jogjakarta. Ya..tidak jauh-jauh dari nasyid, sebuah komunitas yang menggarap bidang seni islam yaitu nasyid. Alhamdulillah tahun ini nasyid sudah dilirik oleh dinas-dinas di DIY. Baik dinas Pariwisata maupun dinas Kebudayaan. Itu semua memang berkat kerja keras teman-teman ikhwah yang ada di sana. Kemarin telah menyelenggarakan festival nasyid Jogjakarta dan tanggal 15 nanti insyaALLAH akan mengadakan konser nasyid. Semoga lancar dan berkah yaah..
Berada di ANN sebenarnya ada beban tersendiri, aku
merasakan beban ketika Dawai disebut di forum ANN, entah kenapa. Oya.. tahun
ini Dawai juga sudah rekaman dengan single Sentuhan hati, yaaah meskipun bukan
lagu sendiri tapi ya lumayan baguus kok lagunya, sempat menyentuh hati beberapa
orang pendengar..
Naah..Dawai kan telah memutuskan
untuk go publik, jadi siap nampil di umum jika sewaktu-waktu ada tawaran.
Beberapa waktu lalu sempat nampil di Islamic Book Fair dan Muslim Fair. Sungguh
keinginan yang dulu kita idam-idamkan. Alhamdulillah... J
Kembali ke beban tadi niih, sebagai pengurus ANN meskipun aku Cuma bantu2 aja. (Kalo ditanya sie apa, Sie Kepastian..he2) agak gimana gitu, ANN memang masih berhati-hati dalam menampilan nasyid akhwat aku hargai itu. Tapi di sisi lain aku adalah pengurus dan masih bernyanyi di umum. Sebuah dilema melanda diriku memang...(halahh bahasane).Aku tahu masalah menyanyi di umum itu masih menjadi perdebatan apalagi bagi seorang akhwat, tapi niatan kita adalah ingin syiar lebih luas. Allah yang Maha tahu hati-hati kami semoga tetap lurus dan ikhlas. Sungguh tidak ada niatan sama sekali untuk membuat orang-orang merinding ataupun terpesona dengan suara kami. Aku pribadi selalu berdoa semoga lagu yang kunyanyikan tidak menimbulkan syahwat. Kalau disuruh memilih memang lebih enak bernyanyi di umum jadi tidak ada ikhwah di sana. Karna membuat grogi juga kalau ada mereka tuuh, apalagi orang yang kedekatannya dengan Allah begitu baik mendengar suara kami dikhawatirkan menimbulkan efek yang kurang baik. Tapi kembali lagi, pada kesucian hati pendengarnya. Penyanyi itu tugasnya bernyanyi bukan memastikan hati para pendengar.
Dimanapun aku berdiri, dimanapun amanahku aku tak bisa memisahkan diri dari menyanyi.
Meski suaraku tak terlalu bagus,
meski aku belum banyak tahu teknik vocal.
Aku akan tetap menyanyi...
Aku akan belajar menjadi seorang penyanyi yang baik
Sampai kapanpun, kumohon siapapun kalian jangan suruh aku berhenti untuk benyanyi.
Sampai kapanpun, kumohon siapapun kalian jangan suruh aku berhenti untuk benyanyi.
“Dakwahku lewat lantunan syair ,
Syair Kalam ilahi yang terangkai dalam sebuah harmoni”
NB : Terimakasih untuk semua guruku yang telah mengajariku bernyanyi
Waallhu a’lam bishowab
Langganan:
Postingan (Atom)