Selasa, 30 Oktober 2012

MEMAKNAI TEMBANG ILIR-ILIR


Bismillahirohmaniirahim...
Bukan bermaksud untuk menggurui atau sok tau tetapi mencoba  sedikit berbagi ilmu,jika ada yang salah ataupun kurang lengkap silahkan ditambahkan. Matur nuwun ^_^
Lir-ilir, Lir Ilir
 Tandure wus sumilir
 Tak ijo royo-royo
 Tak sengguh temanten anyar

Cah Angon, Cah Angon
 Penekna Blimbing Kuwi
 Lunyu-lunyu penekna
 Kanggo Mbasuh Dodotira

Dodotira Dodotira
 Kumitir Bedhah ing pinggir
 Dondomana, Jlumatana
 Kanggo Seba  Mengko sore

Mumpung Padhang Rembulane
 Mumpung Jembar Kalangane
 Yo surako surak Iyo!!!

            Lagu ilir-ilir sudah bukan lagu yang asing lagi di telinga kita.  Tembang  sederhana buatan Sunan Kalijaga ini sarat makna dan filosofi. Para munsyid ataupun para band sering membawakan lagu ini,di acara pernikahan, kajian,seminar, ataupun acara lainnya. Namun ada beberapa hal yang menurut saya perlu diperhatikan dalam membawakan lagu ini. Terlebih lagi bagi para munsyid (penyanyi nasyid) jangan sampai salah dalam menyampaikan dan memaknai lagu ini. Para munsyid bersenandung dengan tujuan mengajak orang lain menuju kebaikan melalui syair dan nada yang disampaikan.
Karna kebetulan  lirik dari tembang ini adalah berbahasa jawa setidaknya ketika membawakan lagu ini pelafalannya harus benar,tidak harus medhok seperti  orang jawa tetapi setidaknya tidak merubah makna dari lagu Ilir-ilir itu sendiri. 
Saya akan mencoba membagi menjadi  2 pembahasan yaitu pelafalan dan pemaknaan.
1.      Pelafalan
                 Ketika mengucapkan kata ilir-ilir kebanyakan yang saya temui  vokal i pada kata ilir  dan kumitir tetap diucapkan dengan [i.] Pelafalan yang benar adalah [i l I r], huruf i tersebut seharusnya diucapkan sedikit tebal [I]  jadi seolah-olah seperti mengucapkan e, pada kata tandur dan  dodotira  konsonan  [ d] sering diucapkan seperti kita mengucapkan kata dari pada bahasa Indonesia. Berbeda ketika penulisannya dh  maka dibaca seperti huruf [d] biasa dalam bahasa Indonesia. Misalnya kata dhuwit  diucapkan seperti huruf [d] dalam kata dan.
                 Konsonan [d ] dalam bahasa Jawa termasuk bunyi apiko dental yaitu bunyi bahasa yang dalam proses pelafalan arus udara dihambat oleh artikulator pasif gigi atas dan artikulator aktif ujung lidah. Secara sederhana pengucapan [d]  ujung lidah berada di gigi atas seperti  kita mengucakan huruf [t]. 
Ada dosen yang mengajari kami belajar dengan latian mengucapkan dul idal idul idal idul secara berulang-ulang.
2.      Pemaknaan
-          Lir-ilir, Lir Ilir tandure wus sumilir
ilir  di sini dapat dimaknai nglilir ( bangun), seseorang dapat bangun dari tidur. Filosofinya bisa dimaknai kita bangkit ataupun bergerak. Tanduran  yang sumilir  kena terkena angin pasti akan bergerak mengayun ke kanan dan ke kiri. Begitu pula kita juga harus bangkit dan bergerak melawan semua hawa nafsu kita, melawan segala kemalasan ,melawan segala kemungkaran dan kemaksiatan yang ada di dunia.

-   Tak ijo royo-royo. Tak sengguh temanten anyar.
               Tak ijo royo-royo artinya  warnanya begitu hijau.  Sedangkan kata  sengguh  setelah saya cari  dalam kamus Bausastra Jawa  dan disesuaikan dengan konteks  berarti ‘duwe ambek kaya  mempunyai  watak seperti. Seperti apa yaitu seperti pengantin baru. Mengapa pengantin baru? Pengantin baru biasanya masih seneng-senengnya, bahagia-bahagianya. Yang dimaksudkan semangatnya sama seperti pengantin baru.

-   Cah Angon, Cah Angon, Penekna Blimbing Kuwi
               Filosofi yang selanjutnya adalah cah angon  (penggembala). Manusia diibaratkan angon atau menggembala di dunia ini.  Menggembalakan segumpal daging dimana jika segumpal daging itu baik maka baik semuanya.  Dia bernama hati. Hati manusia yang sulit untuk ditebak dan dikendalikan karna dipenuhi dengan nafsu dan segala penyakit hati yang lain. Maka pandai-pandailah dalam  menggembala hati kita, menjadi hati yang suci hati yang senantiasa berdzikir mengingat Allah. Si penggembala tadi diminta menek wit blimbing  (memanjat pohon belimbing). Pohon belimbing bergerigi 5. Hal ini menggambarkan tentang rukun islam ada 5 yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.


-   Lunyu-lunyu penekna ,  Kanggo Mbasuh Dodotira
               Meskipun lunyu  atau licin tetap panjatlah. Untuk mbasuh  ‘membasuh’ dodotira ‘ bajumu’. Dodot  merupakan kain yang dililitkan dibadan. Pohon belimbing memang sangat licin dipanjat apalagi ketika musim hujan. Sama seperti rukun islam itu untuk mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan kelima rukun islam itu memang sangat sulit, butuh perjuangan, pengorbanan dan tentu banyak ujian.  Tetapi jika kita berhasil melaksanakan kelima rukun islam tersebut terbasuhlah baju kita.  Apabila pakaian kita telah terbasuh dengan sempurna maka akan menjadi bersih.  Membasuh disini sama seperti kita wudhu untuk mensucikan diri. Sedangkan baju yang dimaksud adalah pakaian taqwa. Ketika kita berhasil melakukan kelima rukun islam dengan sempurna maka akan semakin mensucikan diri kita dan menjadi orang yang benar-benar taqwa.

-   Dodotira Dodotira,  Kumitir Bedhah ing pinggir.
                Bajumu- bajumu , kumitir mempunyai arti ‘kumlebet  geter kena angin’  (bergetar terkena angin) dan makna yang lain adalah khawatir. Jika disesuaikan dengan konteks di sini yang paling tepat adalah  bergetar terkena angin hingga mengakibatkan dodot itu tadi bedhah ( sobek) di bagian pinggirnya. Angin di sini diibartakan seperti cobaan yang terus datang sehingga merusak pakaian taqwa kita hingga sobek di sana-sini.

-   Dondomana, Jlumatana, Kanggo Seba  Mengko sore
               Dondomona ,Jlumatana  memiliki makna yang sama yaitu jahitlah. Jadi kain yang kita pakai yang telah sobek tadi silahkan dijahit, agar menjadi utuh  kembali menjadi sebenar-benar taqwa. Sedangkan kata  Sèba berarti ngadep ing ngarsané priyayi gedhé (luhur) artinya mengahadap ke orang yang luhur dalam hal ini adalah Tuhan (ALLAH).  Bekal kita untuk menghadap Tuhan nanti ketika kita meninggal tidak lain hanyalah iman dan taqwa.

-    Mumpung Padhang Rembulane,  Mumpung Jembar Kalangane,  Yo surako surak Iyo!!!
            Mumpung  rembulan masih terang, mumpung masih jembar ‘ luas’ kalangane.’ kalangan  berarti buwengan (lingkaran) pada rembulan atau pun matahari. Hal ini berarti mumpung masih ada waktu, mumpung kita masih bisa melihat sinar rembulan. Maka katakanlah ‘iya’, Bukan hanya diucapkan dengan lisan iya tetapi hati ikut meyakini dan diwujudkan dalam perbuatan. Maka sempurnalah keimanan seorang muslim.

            Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaaat. Boleh dishare ke yang lain. Sedikit masukan untuk para munsyid kalau ingin membuat ataupun menyanyikan lagu  berbahasa asing termasuk bahasa daerah. Sebaiknya ditanyakan dulu kepada yang lebih tau, biar tidak salah dalam pemaknaan. Jika ada ada grup nasyid yang ingin menggunakan lirik berbahasa Jawa, mungkin bisa  share dengan saya. Setidaknya bisa sedikit berbagi dan menerapkan ilmu yang saya pelajari di jurusan Bahasa Jawa. Tapi kalau ternyata  ilmu saya belum mencukupi untuk membantu teman-teman semua, mohon dimaklumi. InsyaALLAH akan coba saya tanyakan kepada yang lebih tau..Terimakasih :) 

Semangat berkarya para munsyid di seluruh Indonesia, Semoga karya kita bukan hanya sekedar hiburan tetapi bisa semakin menambah ketaqwaan kepada Allah  SWT.
Keep istiqomah, semoga full barokah di jalan dakwah..

5 komentar:

  1. Tidak bisa membantu ku untuk mencari makna dari kumitir

    BalasHapus
  2. Adakah makna yg lain dari semangat beribadah dalam langgan lir ilir...semisal arti perebutan kekuasaan dari majapahit ke demak. Maaf sebagaimana kita tahu di masa majapahit ada suatu wilayah yg bernama kumitir...

    BalasHapus
  3. Dari berbagai artikel lagu Ilir - ilir yang sempat aku baca, aku rasa artikel ini yang paling tepat, baik diksi maupun arti, trimakasih mbak Naswa

    BalasHapus
  4. Mantap..menurut syaa sudah tepat mba naswa...sukron kastsir

    BalasHapus
  5. Terimakasih telah berbagi ilmu

    BalasHapus