Apa yang ada di pikiran anda ketika ditanya, makna dari
sebuah kebersamaan? Apakah kita akan merasakan bahagia?!Mungkin saja Iya,
ketika kata ‘bersama’ disambung dengan
kata ‘hidup bersama’, ‘tinggal
bersama’, ‘menghabiskan waktu bersama’, lalu kalau ‘mati bersama’ apakah
itu juga bisa dikatakan sebuah
kebahagiaan? Mungkin juga iya, terlebih jika mati bersama orang yang terkasih.
Saya ingin menceritakan tentang sebuah kebersamaan.
Sebuah kebersamaan yang indah. Kebersamaan yang sangat jarang dirasakan. Kebersamaan
yang selalu kurindukan.. Setiap detik yang dilalui bersama terasa begitu cepat.Serasa
ingin menghentikan sejenak. Sejenak saja,, merasakan setiap hela nafas dan
denyut nadi lebih istimewa dari biasanya karna sedang ‘bersama’ seseorang.
Seseorang yang membuat Saya merasa teramat istimewa,
seseorang yang menjadi salah satu
deretan anugerah terindah yang Allah berikan untuk Saya. Selama 18 tahun
terakhir ini, Saya harus merelakan berpisah dengannya. Hanya bertemu sesekali.
Saat lebaran atau saat liburan sekolah. Paling lama kebersamaan kami mungkin
hanya sekitar satu pekan. Pernah suatu ketika Saya mencoba menghitung
kebersamaan kami, jika dikumpulkan selama 18 tahun terakhir ini. Mungkin hanya
sekitar 1 tahun. 1 tahun yang terdiri 365 hari. Itu hanya kira-kira saja.
Mungkin tidak sampai sebanyak itu kami bersama.. Ironis bukan?!
Sejak usia Saya 6 tahun, Saya harus mulai terbiasa
berpisah dengannya. Harus belajar ikhlas, menerima bahwa kebersamaan kami hanya
satu dua hari saja. Terhitung sejak Ia memutuskan untuk merantau ke Pulau
Borneo. Saya harus tega membunuh setiap kali kerinduan itu muncul. Kerinduan
seorang adik perempuan kepada kakak lelaki satu-satunya. 18 tahun sudah kakak
Saya merantau. Merangkak dari 0. Dari sesorang yang hanya ngekost disebuah
rumah kecil yang sering disebut ‘gudang buku’ oleh anak gadisnya. Dari sesorang
yang dulu sangat ‘papa’ tidak memiliki apa-apa. Harus rela berdesakan di kapal
ketika akan berangkat atau pulang dari pulau seberang. Itu saja belum selesai.
Perjuangan masih dilanjutkan dengan menghabiskan waktu 7jam di bis untuk
bertemu buah hatinya. Belum lagi harus
naik bis lagi untuk bertemu istrinya. Sungguh masa-masa sulit. Istri, anak dan
suami harus hidup terpisah. Semua itu harus dilakukan demi sebuah masa depan
yang lebih baik.
Masa
sulit yang akan selalu indah dikenang karna dilakukan sepenuh hati dengan penuh
keikhlasan. Terlebih dilalui bersama istri tercinta. Alhamdulillah meski
sekarang masih merantau, setidaknya istri dan buah hati mereka telah berkumpul
menjadi satu. Mereka telah memiliki sebuah istana impian, sebuah kendaraan yang
bisa mengantar mereka sekeluarga, telah menjadi tuan tanah, rumah kost di
perantauan telah menjadi hak miliknya, banyak mewujudkan impian kedua orang tua
untuk membangun dan memperbaiki rumah, baik itu orang tua asli maupun mertua,
sungguh tidak ada kata yang pantas diucapkan selain Alhamdulillah,, nikmat
Allah yang teramat luar biasa.
Pencapaian
fantastis. Di usia kakak lelaki Saya yang memasuki usia 42 tahun. Kematangan
ekonomi, sosial dan emosional. Banyak hal yang telah dicapai oleh ‘Kakang
Prabu’. Lelaki hebat dimata Saya..dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Selalu kucoba menerima dengan sempurna. Seperti ia memberikan
semuanya kepada Saya. Tanpa berhitung tanpa mengharapkan balasan selain ‘doa’. Doa yang tulus, doa
untuk dirinya dan keluarganya. Doa kebahagiaan, kesehatan dan keselamatan
dirinya dan keluarganya. Itu saja yang ia harapkan dari Saya. Simpel..bukan.
Sungguh
Saya selalu merindukan saat-saat kebersamaan kami. Saat bisa saling mengejek,
saat bisa saling bercerita. Saya terkadang menyesal saat ia singgah ke rumah
dan Saya belum sempat mijeti ‘memijat’. Beliau suka sekali Saya pijat..
karna hanya itu wujud bakti Saya kepadanya. Karna baru itu yang bisa Saya
lakukan. Ia yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Tidak hanya di
keluarganya sendiri, tapi juga keluarga kami. Ia bekerja keras untuk
membahagiakan banyak keluarga. Ia mencukupi semua kebutuhan keluarga bapak ibu,
Saya, keluarganya sendiri, keluarga mertua dan banyak keluarga yang telah ia
buat tersenyum atas bantuannya.
Kakang
Prabu kadang kula, ia tidak hanya sebagai kadang ‘
keluarga’ bisa menjelma menjadi teman,
kakak dan Ayah. Ia memposisikan diri sebagai pengganti orang tua, membiayai
semua kebutuhan Saya, kuliah saya.. bahkan biaya untuk pernikahan Saya sudah
disiapkan..
Ehem.. Saya sedang mencoba menahan
air mata.
Semua ia berikan tulus ikhlas,, tanpa
mengharap kembali dalam bentuk materi. Kalau dihitung sudah berapa puluh juta
dana yang dikeluarkan untuk Saya. Ia
menyadari bahwa kebersamaan kami yang relatif sedikit.Ia merasa harus menebus
semua itu dengan membuat Saya bahagia dan merasa berkecukupan. Ia memberikan
segala sesuatu yang Saya butuhkan dan Saya inginkan. Bayar kuliah, kost,
kebutuhan sehari-hari, belum lagi biaya kesehatan Saya. Saat Saya harus
operasi, saat saya harus melakukan pengobatan rutin selama beberapa bulan.
Biaya yang tidak sedikit, ketika Saya harus kontrol setiap 10 hari sekali. Sungguh..
Saya bingung ketika ditanya bagaimana kamu akan membalas semuanya?!
Beberapa waktu lalu Saya mendapatkan kesempatan langka.
Saya melakukan perjalanan berdua dengan kakang prabu. Berdua saja, tidak ada
bapak ibu, tidak ada anak dan istrinya dan tidak ada keluarga Saya yang lain.
Sungguh quality time yang teramat langka selama 18 tahun terakhir ini. Saya
merasakan kebahagiaan yang luar biasa.. Alhamdulillah Ya Rabb atas kesempatan
ini..bahagia itu sederhana. Saya bisa bercerita banyak selama perjalanan 3.5
jam. Malam itu jalanan tidak terlalu ramai. Jadi Saya bisa ngobrol dengan
leluasa. Bahasa langit berbicara bahwa mengijinkan kami untuk menikmati
perjalanan ini bersama. Saya ngobrol tentang teman, keluarga, dan soal orang
yang obsesif dengan Saya. Masku mengatakan ‘kalau memang tidak suka, jangan
dipaksa..jangan karna tidak ada yang lain, sabar saja pasti ada yang terbaik’.
Di tengah laju mobil dan suara manusia-manusia angin di
jalan tol Saya mencoba meresapi nasehat itu. Ia benar, Saya harus tegas. Masku sering menasehati soal pernikahan.
Menikah itu tidak seperti membeli baju. Kalau tidak suka tidak dipakai. Menikah
itu sekali seumur hidup. Karna Saya selalu menceritakan soal lelaki yang
mencoba mendekati, modusi, bahkan kasus terburuk dalam hidup yang berhubungan
dengan laki-laki. Termasuk malam itu. Kakakku bertanya apa ada teman dekat atau
sejenisnya di kampus? Saya menggeleng, tidak ada. Semua biasa saja. Memang
kenyataannya begitu,, Saya sempat merasakan bagai remaja tanggung yang sedang merasakan
suka itu hanya sekali. Tapi ternyata itu bukan suka hanya sebatas kagum saja.
Sebagai seorang muslim yang tau bagaimana batasan menjalin hubungan dengan lain
jenis.
Saya
tahu mungkin sedikit muncul kekhawatiran,, maklum saja kakakku menikah dengan
istrinya saat istrinya berusia 23 tahun. Kedua kakak perempuanku menikah di
usia 24 tahun lebih dua bulan. Sedangkan usiaku saat ini hampir 24 tahun. Tepat
bulan ini..insyaAllah. Wajar saja semua merasa sedikit khawatir. Ibuk yang
rajin menanyakan. Sudah ada kenalan belum? Seperti biasa Saya hanya menjawab
dengan senyum dan menggeleng. Tapi Saya percaya, kekuatan doa ibu, bapak dan
keluarga yang begitu tulus dan memohonkan
jodoh yang terbaik untuk Saya akan mengantarkan Saya bertemu dengannya..
insyaAllah. Saya hanya bisa berbenah diri, memantaskan, melayakkan diri menjadi
seorang istri sholihah dan ibu yang baik untuk anak-anak Saya kelak. Saya
percaya Allah Sudah menyiapkan ‘Kamajaya’ untuk Saya. :D
Hari ini adalah hari ke empat Saya berada di rumah kakak
Saya. Sejak Saya ikut dengannya malam Sabtu kemarin. Seharusnya Saya sudah berada
di Jogja, masih banyak hal yang belum Saya selesaikan termasuk revisi Saya. Ya
Allah,, setelah Saya sampai di Jogja..mudahkan semua urusan Saya. Itu
permohonan yang Saya harapkan. Kakak Saya belum juga menghubungi travel. Entah
sengaja lupa atau mengulur waktu agar Saya tinggal di sini lebih lama. Saya nikmati
setiap kebersamaan Saya. Obrolan pagi, saat menunggu istrinya pulang dari
mengajar, obrolan sore saat minum teh
bersama, obrolan setelah makan. Semua obrolan yang kami lakukan. Saya
menikmatinya.. Saya juga menikmati bisa mengecat rambut kakang prabuku.
Terakhir
Saya ke sini bulan Januari 2013. Lama sekali bukan..Itu pun Saya kesini karna mampir
kondangan di Pekalongan. Di rumah hanya ada mbak ipar dan anaknya. Karna kakaku
sedang di Borneo. Saya juga sering melewatkan moment ketika keluarga Saya
berkunjung kemari, Saya terlalu sibuk dengan urusan Saya, kegiatan Saya di
luaran sana. Saya selalu mengomel pada diri sendiri, ‘kenapa kamu menjadi sok
sibuk, kenapa kamu sampai tidak punya banyak waktu untuk keluarga, lalu ketika
kamu tertimpa masalah besar siapa yang membantu menyelesaikannya?!
Teman-temanmu yang kau bela mati-matiian, atau kegiatanmu yang teramat kamu
cintai, yang menghabiskan waktumu dari senin sampai minggu untuk mengurusnya?!?
‘
Yah,,
itulah dialog kepada diri Saya sendiri ketika banyak sekali ujian yang Allah
berikan kepada Saya. Keluarga Saya adalah sumber kekuatan setelah Allah, serentetan kehilangan yang saya
alami, membuat Saya tergoncang, secara psikologis. Belum lagi harus mendengar
ocehan manusia-manusia yang hanya bisa ‘komentar’ tanpa tahu seberapa besar
perjuangan yang Saya lakukan. Keluarga Saya memberikan solusi dan
motivasi,,mereka juga melafalkan doa untuk diri Saya. Saya yakiin itu.
Kakak
Saya ini juga menjadi solusi atas permasalah yang menimpa Saya, membelikan
laptop baru, hp baru dan juga menyelesaikan permasalahan yang Saya simpan
selama berpuluh tahun silam, kakak lelaki Saya ini yang membantu
menyelesaikannya,, banjiir airmata kalau mengingat itu. T_T
Saya berjanji sejak kejadian itu, Saya akan mencoba lebih
adil dan proporsional lagi dalam mengatur waktu. Berjuang di jalan ALLAH adalah
sebuah keniscayaan, menegakkan kalimat Allah juga sebuah keharusan, tapi Saya
juga ingin mengabdi untuk keluarga memberikan setitik rona bahagia dengan hal
sederhana yang Saya bisa. Saya ingin selalu
ada ketika keluarga Saya membutuhkan.
Saya sering kali berandai-andai, coba ada satu manusia
lagi yang sama sepertimu mas,, aku pasti akan jadikan dia suami. Saya selalu
menginginkan sosok suami tanggung jawab seperti masku, suami yang tulus ikhlas
membantu seperti masku, suami yang tidak itungan dan pelit seperti masku.
Kalau boleh jujur Saya selalu
takut mendapatkan suami yang ‘pelitan’
*meminjam istilah Adisty.
Bagaimana tidak, Saya terlahir
dari keluarga yang terbiasa saling membantu sama lain, meskipun masing-masing
telah berkeluarga tidak ada istilah sungkan dalam membantu. Yang berlebih
secara materi memberi kepada yang masih kurang. Semua itu hasil didikan bapak
Saya. Sesama anak itu harus rukun. Benar saja, kakak-kakak Saya mengamalkan
itu. Saya terhitung yang masih kurang, terlebih masih menjadi tanggungan orang
tua. Karna Saya belum mentas. Saya meskipun belum punya pekerjaan secara
tetap. Setiap kali memiliki rejeki berlebih entah itu berasal dari kakak-kakak
Saya atau hasil saya pentas. Saya selalu mentraktir keponakan, membelikan apa
yang mereka suka, memberi kado saat mereka ulang tahun. Karna baru itu yang
bisa Saya lakukan. Keponakan juga takut memiliki om yang pelitan. Mereka
mendambakan om yang sering traktir keponakan. Ketika ketakutan-ketakutan itu
segera Saya usir dengan berdoa. Itulah rahasia dari dibalik kuatnya seseorang.
Dalam doa ada keyakinan.. Keyakinan kepada pencipta terhadap apa yang Allah
tetapkan.
Malam ini bulan purnama dan
Saya bisa menatap langit indah bersama kakang prabu.
Kebersamaan yang akan selalu
Saya rindukan..
Karna saat malam..Saya teringat masa kecil dulu. Karna ia
sering menggendong Saya menyanyikan lagu mengapa-mengapa. Aktivitas itu terus
berlangsung hingga Saya berusia 6 th. Saya selalu merindukan sosok kakak
laki-laki. Kalau saja jarak kelahiran kami tidak terlalu jauh. Saya ingin
sekali ada pengawal di sekolah. Jadi tidak ada yang mengganggu Saya atau membully
ketika di sekolah. Ahhh..sudahlah,, kalau jarak kami terlalu dekat mungkin
Saya tidak akan bisa kuliah, mungkin Saya tidak mendapatkan secercah cahaya
indah yang bernama hidayah. Saya menemukannya ketika Saya mencari,, setelah
lulus SMA dan bertemu orang-orang yang sedang berusaha untuk menjadi baik, bukan
orang-orang yang terbaik.
Selama kuliah bertemu dengan orang dari penjuru kota.
Kami bertemu dan saling melakukan interaksi. Saya masih saja merindukan kakak laki-laki.
Mungkin tanpa disadari Saya agak manja kepada orang yang lebih tua. Senang
sekali diperlakukan seolah menjadi adik. Saya melihat sebuah ketulusan. Bukan
yang lainnya. Sekalipun kita tidak pernah berikrar ‘kita kakak adik ya?’. Semoga
saja segala sikap Saya bisa dimaklumi, ketika Saya kelabakan ketika kehilangan
sesuatu, atau sedang mengalami kesulitan. Ada banyak sosok kakak yang hadir
membantu, dengan senang hati tanpa mengharap kembali. Saya selalu merasa diemong.
Semoga saja tidak muncul salah sangka, atas kehebohan Saya, segala bentuk
sikap ekspresif yang Saya tunjukkan ketika bertemu. Saya menyukai kalian
semua,sebagai kakak..sebagai saudara. Tidak lebih dari itu. Sungguh... jangan
salah sangka.
Saya
hanya bisa memanjatkan doa kepada penggenggam kehidupan..”Allah,, lindungilah
kakak Saya dan keluarganya dimanapun ia berada, muliakanlah dia, berikanlah
kesehatan, keberkahan dalam setiap aktivitas dan kekuatan iman. Ijinkan Saya
memberikan yang terbaik, ijinkan Saya selalu berbakti kepadanya. Saya sangat
mencintainya Ya Allah.. terimakasih atas semua nikmat ini. Diantara milyaran manusia
di muka bumi, Engkau ijinkan nyawaku tumbuh dan hidup dalam perut ibuk. Hingga
aku menjadi adik dari kakak terhebat ini. Terimakasiih Ya Allah.. kalau masih
ada orang yang sebaik kakakku berikan satu untukku Ya Rabb.. “ Aamiin
Batang, 8 Oktober 2014
Merkur Slots Machines - SEGATIC PLAY - Singapore
BalasHapusMerkur Slot Machines. 5 gri-go.com star herzamanindir.com/ rating. The Merkur https://septcasino.com/review/merit-casino/ Casino game was the first to feature ventureberg.com/ video slots in the entire casino, https://deccasino.com/review/merit-casino/