Bapak..dua suku kata ini mungkin memang tak sepopuler
satu suku kata i-b-u. Siapakah yang
sebenarnya perhatian namun terkadang sikap angkuh dan cueknya yang ditunjukkan
itulah bapak. Siapakah yang tidak mau mengantarkan ke terminal setiap aku akan kembali
ke Jogja. Ia hanya sekedar bersalaman dan cipika cipiki saja siapa lagi kalau
bukan bapak. Siapakah orang yang paling
cemburu ketika ada lelaki datang ke rumah, ia akan memasang wajah paling ‘wow’
sedunia. Ia adalah bapak. Salah satu
Lelaki hebat bagiku adalah bapak.
Meski aku tidak lahir dari keluarga yang kaya secara materi namun aku bahagia karna selalu berlimpah
kasih sayang.
Terlahir
menjadi anak terakhir membuatku sangat mendapatkan perhatian lebih dari semua
anggota keluarga. Ya mungkin itulah yang membuatku terkadang dianggap menjadi
anak yang manja. Bapak itu sangat keras dalam mendidik putra-putrinya. Jam 5
sore belum sampai di rumah, pasti akan dimarahi habis-habisan. Bapak
menginginkan anaknya sudah berada di rumah, sudah mandi kemudian siap-siap berjamaah pergi ke masjid
untuk shalat maghrib. Aku ingat masa
kecilku dulu cukup bandel dan sering sekali mendapatkan omelan dari bapak. Aku
baru sadar itulah cinta yang ia tunjukan kepadaku, ia ingin menjadikanku anak
yang baik.
Malam selalu
mengingatkanku pada sosok bapak, bapak yang selalu menggendongku dan
bersenandung hingga aku tertidur pulas, aku menyebut ritual digendong sebelum
tidur ‘ bobo tangan’. Alangkah
merepotkannya aku dulu, setiap akan tidur harus digendong terlebih dahulu dan
sambil rengeng-rengeng bapak nembang. Beda lagi kalau dengan masku, aku
menyebut ritual gendhong di tangan dengan ‘mengapa-mengapa’. Sebenarnya ini
hanya alibi masku saja, gendong sekaligus curcol. Habis putus dengan pacarnya
makanya menyanyikan lagu chrisye yang sendiri lagi. Aku baru tahu setelah
dewasa ini. Masku cerita sendiri, hehe.
Kembali
lagi kepada Bapak, bapak itu sosok yang rajin, mau belajar, perfeksionis,
terkadang tidak bisa mempercayakan pekerjaan kepada orang lain. Jadi inginnya
semua pekerjaan dikerjakan sendiri. Tapi istimewanya bapakku adalah ia adalah
bapak multitalenta. Talenta yang dimiliki bapak luar biasa.
1. Bapak dan
Wayang
Bapak
itu bisa memainkan wayang alias dhalang.
Meski tidak lair dari keluarga seniman tapi bakat bapak luar biasa. Hanya
dengan melihat orang lain dhalang bapak mampu ndhalang, padahal usianya saat
belajar ndalang sekitar 25 tahun. Memang tidak ada yang tidak mungkin jika mau
belajar dan terus berusaha.
![]() |
Bapak saat ndalang sekitar th 70-an |
Bapak
dulu juga sempat belajar ndhalang ke keraton Solo namun entah kenapa tidak
dilanjutkan lagi. Bapak itu satu angkatan dengan Dhalang Kondhang Ki Manteb
lho.. Namun bapak dan Ki Manteb beda nasib. Perbedaannya Ki Manteb jadi dhalang terkenal karena memang
berasal dari keluarga berada sedangkan
bapak menghentikan langkahnya menjadi dhalang. Maklum gamelan ataupun
wayang saja tidak punya. Sedih sekali saat mendengar cerita bapak ketika ada
tanggapan wayang. Bapak mendatangi rumah niyaga atau pesindhen satu persatu.
Jika ternyata niyaga ataupun pesidhen yang akan diajak bapak pentas sudah lebih
dulu menerima pekerjaan dari dhalang lain, Bapak harus legawa. Bapak mengalah
dan pergi ke tempat lainnya. Saat itu tidak ada handphone seperti sekarang,
sepada motor pun tak ada. Satu-satunya transportasi yang dimiliki adalah sepeda
onthel. Pernah juga ke tempat pesindhen dengan ibuk naik sepedha onthel
boncengan. Ibuk membawa lampu petromak karena saat itu jalanan tidak seterang
saat ini. Perjalanan yang mereka tempuh bisa dibilang sangat jauh. Namun mereka
tetap menjalani itu dengan ikhlas.
![]() |
Bapak ndalang sekitar th 95 |
Pertama
kali bapak ndhalang adalah di
pernikahan adiknya bapak alias bulik ,
aku biasa menyebutnya ‘mak tik’.
Setelah ndhalang semalam suntuk,
bapak sempat merasa tidak bisa bangkit berdiri. Maklumlah pengalaman pertama
duduk bersila dalam wakttu yang lama. Setelah pementasan perdana tersebut
banyak warga yang menganggap bapak itu berbakat dan mereka menyukainya.
Akhirnya bapak mulai diundang di acara-acara baik bersih desa, maupun acara
pernikahan dari kampong ke kampong. Bapak ketemu ibuk juga saat ndhalang di
Wonogiri lho.. tapi ibuk bukan pesindhennya.
Darah
seni dari bapak sangat kental mengalir di tubuhku, Sejak TK sudah mulai pentas baik gerak dan
lagu, drum band, dll. Memasuki SD sudah mulai bernyanyi di atas panggung saat
17 Agustus. Aku ikut menyanyi dalam sebuah grup dangdut dimana para pemain
musiknya adalah keluarga sendiri. Mulai dari sana aku belajar bernyanyi.
Setelah itu sering diminta bernyanyi di acara sekolah, mewakili sekolah lomba
macapat, ataupun menyanyi di pernikahan tetangga.
Saat
memasuki SMP, bakat menyanyiku mulai diendus oleh guru musikku ketika aku
mewakili kelas membawakan lagu terlena. Alhamdulillah juara 1. Setelah itu
rutin menyanyi di setiap acara sekolah ataupun mewakili sekolah. Bahkan saat
SMA ketika mengikuti lomba macapat bapak yang mengajari saya karena guru bahasa
jawa saya tidak bisa nembang. Bapak selalu membuat saya terpesona..
Bersambung…… J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar