Jumat, 20 September 2013

BAPAK (BAG 1)


 Bapak..dua suku kata ini mungkin memang tak sepopuler satu suku kata i-b-u.  Siapakah yang sebenarnya perhatian namun terkadang sikap angkuh dan cueknya yang ditunjukkan itulah bapak. Siapakah yang tidak mau mengantarkan ke terminal setiap aku akan kembali ke Jogja. Ia hanya sekedar bersalaman dan cipika cipiki saja siapa lagi kalau bukan bapak.  Siapakah orang yang paling cemburu ketika ada lelaki datang ke rumah, ia akan memasang wajah paling ‘wow’ sedunia. Ia adalah bapak. Salah satu  Lelaki hebat bagiku adalah bapak.   Meski aku tidak lahir dari keluarga yang kaya secara materi  namun aku bahagia karna selalu berlimpah kasih sayang.
Terlahir menjadi anak terakhir membuatku sangat mendapatkan perhatian lebih dari semua anggota keluarga. Ya mungkin itulah yang membuatku terkadang dianggap menjadi anak yang manja. Bapak itu sangat keras dalam mendidik putra-putrinya. Jam 5 sore belum sampai di rumah, pasti akan dimarahi habis-habisan. Bapak menginginkan anaknya sudah berada di rumah, sudah mandi  kemudian siap-siap berjamaah pergi ke masjid untuk shalat maghrib. Aku ingat  masa kecilku dulu cukup bandel dan sering sekali mendapatkan omelan dari bapak. Aku baru sadar itulah cinta yang ia tunjukan kepadaku, ia ingin menjadikanku anak yang baik.
Malam selalu mengingatkanku pada sosok bapak, bapak yang selalu menggendongku dan bersenandung hingga aku tertidur pulas, aku menyebut ritual digendong sebelum tidur ‘ bobo tangan’. Alangkah merepotkannya aku dulu, setiap akan tidur harus digendong terlebih dahulu dan sambil rengeng-rengeng bapak nembang. Beda lagi kalau dengan masku, aku menyebut ritual gendhong di tangan dengan ‘mengapa-mengapa’. Sebenarnya ini hanya alibi masku saja, gendong sekaligus curcol. Habis putus dengan pacarnya makanya menyanyikan lagu chrisye yang sendiri lagi. Aku baru tahu setelah dewasa ini. Masku cerita sendiri, hehe.
Kembali lagi kepada Bapak, bapak itu sosok yang rajin, mau belajar, perfeksionis, terkadang tidak bisa mempercayakan pekerjaan kepada orang lain. Jadi inginnya semua pekerjaan dikerjakan sendiri. Tapi istimewanya bapakku adalah ia adalah bapak multitalenta. Talenta yang dimiliki bapak luar biasa.


1. Bapak dan Wayang
          Bapak itu bisa memainkan wayang alias dhalang. Meski tidak lair dari keluarga seniman tapi bakat bapak luar biasa. Hanya dengan melihat orang lain dhalang bapak mampu ndhalang, padahal usianya saat belajar ndalang sekitar 25 tahun. Memang tidak ada yang tidak mungkin jika mau belajar dan terus berusaha.
Bapak saat ndalang sekitar th 70-an
Bapak dulu juga sempat belajar ndhalang ke keraton Solo namun entah kenapa tidak dilanjutkan lagi. Bapak itu satu angkatan dengan Dhalang Kondhang Ki Manteb lho.. Namun bapak dan Ki Manteb beda nasib. Perbedaannya  Ki Manteb jadi dhalang terkenal karena memang berasal dari keluarga berada sedangkan  bapak menghentikan langkahnya menjadi dhalang. Maklum gamelan ataupun wayang saja tidak punya. Sedih sekali saat mendengar cerita bapak ketika ada tanggapan wayang. Bapak mendatangi rumah niyaga atau pesindhen satu persatu. Jika ternyata niyaga ataupun pesidhen yang akan diajak bapak pentas sudah lebih dulu menerima pekerjaan dari dhalang lain, Bapak harus legawa. Bapak mengalah dan pergi ke tempat lainnya. Saat itu tidak ada handphone seperti sekarang, sepada motor pun tak ada. Satu-satunya transportasi yang dimiliki adalah sepeda onthel. Pernah juga ke tempat pesindhen dengan ibuk naik sepedha onthel boncengan. Ibuk membawa lampu petromak karena saat itu jalanan tidak seterang saat ini. Perjalanan yang mereka tempuh bisa dibilang sangat jauh. Namun mereka tetap menjalani itu dengan ikhlas.
Bapak ndalang sekitar th 95

Pertama kali bapak ndhalang adalah di pernikahan adiknya bapak alias bulik , aku biasa menyebutnya ‘mak tik’. Setelah ndhalang semalam suntuk, bapak sempat merasa tidak bisa bangkit berdiri. Maklumlah pengalaman pertama duduk bersila dalam wakttu yang lama. Setelah pementasan perdana tersebut banyak warga yang menganggap bapak itu berbakat dan mereka menyukainya. Akhirnya bapak mulai diundang di acara-acara baik bersih desa, maupun acara pernikahan dari kampong ke kampong. Bapak ketemu ibuk juga saat ndhalang di Wonogiri lho.. tapi ibuk bukan pesindhennya.
Darah seni dari bapak sangat kental mengalir di tubuhku,  Sejak TK sudah mulai pentas baik gerak dan lagu, drum band, dll. Memasuki SD sudah mulai bernyanyi di atas panggung saat 17 Agustus. Aku ikut menyanyi dalam sebuah grup dangdut dimana para pemain musiknya adalah keluarga sendiri. Mulai dari sana aku belajar bernyanyi. Setelah itu sering diminta bernyanyi di acara sekolah, mewakili sekolah lomba macapat, ataupun menyanyi di pernikahan tetangga.
Saat memasuki SMP, bakat menyanyiku mulai diendus oleh guru musikku ketika aku mewakili kelas membawakan lagu terlena. Alhamdulillah juara 1. Setelah itu rutin menyanyi di setiap acara sekolah ataupun mewakili sekolah. Bahkan saat SMA ketika mengikuti lomba macapat bapak yang mengajari saya karena guru bahasa jawa saya tidak bisa nembang. Bapak selalu membuat saya terpesona..
Bersambung…… J




Tidak ada komentar:

Posting Komentar