Senin, 23 September 2013

RASANYA BARU KEMARIN

Rasanya baru kemarin saya ‘ disapih’  dari minum ASI,
Rasanya baru kemarin  perjuangan berat  mbaku yang harus membawaku ngungsi di Wonogiri agar bisa lepas dari ASI.
Rasanya baru kemarin saya digendong bapak ‘bobo tangan’ sambil kelililing sekitar rumah sampai tertidur
Rasanya baru kemarin masku melakukan hal yang serupa  dengan bapak menggendongku saat aku akan tidur, namun kami menyebutnya dengan istilah ‘mengapa-mengapa’
Rasanya baru kemarin aku  suka ketiduran di depan TV atau di sofa dan digendong bapak dipindahkan ke kamar.
Rasanya baru kemarin aku merasakan menjadi anak TK, yang diantar jemput simbah  dan membonceng terbalik pula.
Rasanya baru kemarin aku SD berangkat dan pulang bareng mbaku yang kebetulan masih wiyata di sana.
Rasanya baru kemarin saya merasakan menjadi anak SMP yang membuat heboh sekolahan karna saya menyanyi dangdut
Rasanya baru kemarin saya merasakan jadi anak SMA yang hip-hip hura, ikut semua kegiatan.. pramuka, OSIS dan sudah berani jatuh cinta..
Rasanya baru kemarin saya masuk Kuliah mengikuti OSPEK diantara ribuan mahasiswa..
Rasanya baru kemarin saya melakukan itu semua, ternyata saya sudah dewasa..
Kaki mungil yang dulu ibuk pegang dan ibuk usap dengan lembut telah tumbuh menjadi kaki yang siap menapak lebih kuat, siap berpijak menjalani fase-fase kehidupan yang lebih matang.
Semoga keridhoaan Allah selalu menyertai di setiap langkah, iman selalu terpatri dalam diri..

Allah kuatkan aku, ijinkan aku menjadi sebenar-benar hamba yang selalu tulus mencintai-Mu..
Sumber: fotografer.net
Merasa aman adalah saat digendong bapak

Jumat, 20 September 2013

PUISI CINTA SEORANG AHLI TAJWID KEPADA ISTRINYA


Dik, saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan Saktah...
hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar...

Aku di matamu mungkin bagaikan Nun Mati di antara idgham Billaghunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada...

Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar,
jelas dan terang...

Jika Mim Mati bertemu Ba disebut ikhfa Syafawi,
maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta...

Sejenak pandangan kita bertemu,
lalu tiba-tiba semua itu seperti Idgham Mutamaatsilain.­..
melebur jadi satu.

Cintaku padamu seperti Mad Lazim ...
Pali­ng panjang di antara yang lainnya...

Setelah kau terima cintaku nanti,
hatiku rasanya seperti Qalqalah Kubro..
terpantul-pantu­l dengan keras...

Dan akhirnya setelah lama kita bersama,
cinta kita seperti Iqlab,
ditandai dengan dua hati yang menyatu..

Sayangku padamu seperti Mad Thobi'I dalam quran...
Buanyaaakkk beneerrrrr....

Semoga dalam hubungan,
kita ini kayak idgham Bilaghunnah ya,
cuma berdua, Lam dan Ro' ..

Layaknya Waqaf Mu'annaqah,
engkau hanya boleh berhenti di salah satunya, dia atau aku?

Meski perhatianku ga terlihat kaya Alif Lam Syamsiah,
cintaku padamu seperti Alif Lam Qomariah, terbaca jelas...

Dik, kau dan aku seperti Idghom Mutajanisain...
perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya...

Aku harap cinta kita seperti Waqaf Lazim,
terhenti sempurna di akhir hayat...

Sama halnya dgn Mad 'Aridh dimana tiap mad bertemu Lin Sukun Aridh akan berhenti,
sepert­i itulah pandanganku ketika melihatmu...

Layaknya huruf Tafkhim,
namamu pun bercetak tebal di fikiranku

Seperti Hukum Imalah yg dikhususkan untuk Ro' saja,
begitu juga aku yang hanya untukmu.

Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu
seperti Mad Aridlisukun ....


KETIKA PREMAN TERMINAL JATUH CINTA

Sebuah kisah, tentang seorang pemuda. Bisa dikatakan ia adalah 'preman terminal'. Pemuda tersebut menyukai seorang gadis cantik nan sholihah. Gadis itu sebenarnya sudah tau seperti apa kelakuan si pemuda yang sering mabuk-mabukan, gonta-ganti pacar dll. Si Gadis malah meyakinkan kepada si pemuda " aku yakin,kamu pasti bisa berubah menjadi lebih baik jika kamu mau, Kalau kamu memang serius silahkan datang ke rumah ketemu dengan bapak". Sejak ia mengenal dengan sang gadis. Pemuda itu mengakhiri hubungan dengan semua cewek-cewek yang tidak jelas. Ia merasa yakin dengan gadis tersebut. Ia berniat untuk meminangnya. Namun Si pemuda merasa perlu menyiapkan mental dan perlu belajar basa krama karna ia merasa tidak bisa berbahasa jawa krama dengan baik. Pemuda itu meminta diberi waktu 2 bulan untuk belajar bahasa jawa krama agar bisa 'nembung' kepada ayah si gadis. Pemuda itu belajar mati-matian agar bisa berbahasa krama dengan baik di hadapan ayah si gadis. Waktu yang dinantikan pun tiba, Si Pemuda datang ke rumah gadis tersebut, ia mengenakan pakaian terbaiknya, tak lupa memotong rambut yang gondrong sehingga nampak lebih rapi. Saat ketemu sang ayah, keringat terus bercucuran, grogi melanda..teks yang sudah ia tulis dan pelajari bubar semua. Pertanyaan dari Ayah sang gadis yang bertanya asal dari mana, pekerjaannya apa cukup membantu mengurangi rasa grogi. Hingga akhirnya pemuda itu pun menyampaikan maksud kedatangan berkunjung ke rumah Si gadis. Lalu jawaban dari sang ayah " nyuwun pangapunten mas, anak kula sampun wonten calonipun". Jawaban yang di luar dugaan pemuda itu. Yaah intinya si gadis sudah dijodohkan dengan orang lain. Perjuangannya selama dua bulan belajar basa krama luluh seketika dalam waktu tak kurang dari 10 menit. Mendengar jawaban itu Si pemuda menyampaikan maaf dan akhirnya berpamitan dengan sebongkah hatinya yang kecewa.
_________________________________________________________
Ini adalah kisah nyata, ada beberapa himah yang dapat diambil:
1.Semua orang menginginkan pasangan yang terbaik, bahkan seorang preman terminal sekalipun. Mari berkaca sudah seperti apakah kita?
2. Sikap berani yang diambil si pemuda, ia tidak mengajak pacaran si gadis melainkan mangajak nikah. Hubungan serius itu bukan pacaran, melainkan pernikahan.
3.Tak perlu menjadi orang lain,, kalaupun memang tidak bisa berbahasa jawa krama ya tidak perlu memaksakan diri untuk menjadi orang lain. Jadilah diri sendiri. Jujur saja kepada si Ayah. Katakan saja seperti ini "Bapak,nyuwun pangapunten kula mboten saged basa krama kanthi sae".
4. Gadis itu memiliki niat yang sangat mulia ingin mengajak si pemuda berubah menjadi manusia yang lebih baik.
5.Harus siap dengan penolakan. Kalau berani meminta harus siap menerima segala resiko yaitu sebuah penolakan.Walau sehalus apapun bahasa yang digunakan, saya rasa penolakan akan terasa sakit. Bukankah kita tahu ketika melamar seorang gadis kita tidak sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis melainkan meminta kepada Allah melalui wali si gadis. Jadi ketika ditolak kita harus ikhlas berarti itu jalan terbaik yang dipilhkan Allah untuk kita.
6. Ketaatan si gadis kepada orang tua, walau ia juga merasakan ketertarikan kepada si pemuda, Ia tetap mematuhi apa yang telah dipilihkan orang tuanya. Saya yakin bahwa kebanyakan orang tua mampu melihat baik tidaknya sesorang untuk menjadi pasangan dan imam bagi putrinya. Yang perlu diingat ridho Allah ada pada ridho orang tua. Apalah artinya sebuah pernikahan jika orang tua tidak merestui, tak akan ada ridho Allah di dalamnya.

Kalau masih Ada lagi hikmah yang bisa diambil dari kisah diatas yang belum terungkap silahkan ditambahkan ya teman2, semoga bermanfaat 

Muwashofat

Mari simak video berikut kita belajar muwashofat
Cekidoooott... ^_^

Pentingnya Tarbiyah
Tarbiyah sangat penting sebagai imunitas dalam menghadapi serangan musuh, selain sebagai sarana penguat aqidah. Karena Tarbiyah adalah sebuah sarana untuk membentuk pribadi dambaan ummat hingga mampu membentuk komunitas Islami menuju terwujudnya kembali sebuah peradaban ideal.
Tarbiyah yang merupakan sebuah kemestian, keharusan bagi pada da’I Islam memiliki karakteristik tersendiri yang menjadikannya ‘begitu indah’. Rabbaniyah, sebagaimana karakter Islam itu sendiri, Tarbiyah pun bersumber dan bertujuan hanya kepada Allah. Lalu tadaruj atau bertahap. Dakwah adalah sebuah proses dan tahapan, sehingga Tarbiyah pun dilakukan dan berjalan secara bertahap, step by step, sehingga tidak memberatkan dan memaksakan meski juga tidak ringan. Selain itu dalam Tarbiyah juga berlaku tawazun alias seimbang . Artinya menempatkan segala sesuatu pada haknya. Dan juga syaamil atau universal, menyentuh seluruh lini dan sisi kehidupan. Karena Tarbiyah sebagai pondasi dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamiin –‘memanusiakan’ manusia. Terakhir dalam tarbiyah tidak mengenal kata cukup atau berhenti, ia berkesinambungan (istimror) sepanjang hidup. Atau yang disebut life education alias Tarbiyah madal hayah
Apakah itu Muwasafat Tarbiyah?

Muwasafat Tarbiyah adalah kriteria yang perlu ditanamkan dalam diri untuk membentuk keperibadian Muslim yang unggul. Insyaallah.

1.Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya.

Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.
2. Shahihul Ibadah
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ‘shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.

Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).
4. Qowiyyul Jismi
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya.

Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).
5. Mutsaqqoful Fikri
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi.

Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.

Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).
6. Mujahadatun Linafsihi
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.

Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
7. Harishun ‘ala Waqtihi
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam.

Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan:

‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’ Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia.

Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syu’unihi
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.

Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9. Qodirun ‘alal Kasbi
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi.

Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik.

Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.
10. Naafi’un Lighoirihi
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar.

Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.

Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir). Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.


Tarbiyah memang bukan segala-galanya namun segalanya berawal dari Tarbiyah. Tarbiyah..:D

BAPAK (BAG 1)


 Bapak..dua suku kata ini mungkin memang tak sepopuler satu suku kata i-b-u.  Siapakah yang sebenarnya perhatian namun terkadang sikap angkuh dan cueknya yang ditunjukkan itulah bapak. Siapakah yang tidak mau mengantarkan ke terminal setiap aku akan kembali ke Jogja. Ia hanya sekedar bersalaman dan cipika cipiki saja siapa lagi kalau bukan bapak.  Siapakah orang yang paling cemburu ketika ada lelaki datang ke rumah, ia akan memasang wajah paling ‘wow’ sedunia. Ia adalah bapak. Salah satu  Lelaki hebat bagiku adalah bapak.   Meski aku tidak lahir dari keluarga yang kaya secara materi  namun aku bahagia karna selalu berlimpah kasih sayang.
Terlahir menjadi anak terakhir membuatku sangat mendapatkan perhatian lebih dari semua anggota keluarga. Ya mungkin itulah yang membuatku terkadang dianggap menjadi anak yang manja. Bapak itu sangat keras dalam mendidik putra-putrinya. Jam 5 sore belum sampai di rumah, pasti akan dimarahi habis-habisan. Bapak menginginkan anaknya sudah berada di rumah, sudah mandi  kemudian siap-siap berjamaah pergi ke masjid untuk shalat maghrib. Aku ingat  masa kecilku dulu cukup bandel dan sering sekali mendapatkan omelan dari bapak. Aku baru sadar itulah cinta yang ia tunjukan kepadaku, ia ingin menjadikanku anak yang baik.
Malam selalu mengingatkanku pada sosok bapak, bapak yang selalu menggendongku dan bersenandung hingga aku tertidur pulas, aku menyebut ritual digendong sebelum tidur ‘ bobo tangan’. Alangkah merepotkannya aku dulu, setiap akan tidur harus digendong terlebih dahulu dan sambil rengeng-rengeng bapak nembang. Beda lagi kalau dengan masku, aku menyebut ritual gendhong di tangan dengan ‘mengapa-mengapa’. Sebenarnya ini hanya alibi masku saja, gendong sekaligus curcol. Habis putus dengan pacarnya makanya menyanyikan lagu chrisye yang sendiri lagi. Aku baru tahu setelah dewasa ini. Masku cerita sendiri, hehe.
Kembali lagi kepada Bapak, bapak itu sosok yang rajin, mau belajar, perfeksionis, terkadang tidak bisa mempercayakan pekerjaan kepada orang lain. Jadi inginnya semua pekerjaan dikerjakan sendiri. Tapi istimewanya bapakku adalah ia adalah bapak multitalenta. Talenta yang dimiliki bapak luar biasa.


1. Bapak dan Wayang
          Bapak itu bisa memainkan wayang alias dhalang. Meski tidak lair dari keluarga seniman tapi bakat bapak luar biasa. Hanya dengan melihat orang lain dhalang bapak mampu ndhalang, padahal usianya saat belajar ndalang sekitar 25 tahun. Memang tidak ada yang tidak mungkin jika mau belajar dan terus berusaha.
Bapak saat ndalang sekitar th 70-an
Bapak dulu juga sempat belajar ndhalang ke keraton Solo namun entah kenapa tidak dilanjutkan lagi. Bapak itu satu angkatan dengan Dhalang Kondhang Ki Manteb lho.. Namun bapak dan Ki Manteb beda nasib. Perbedaannya  Ki Manteb jadi dhalang terkenal karena memang berasal dari keluarga berada sedangkan  bapak menghentikan langkahnya menjadi dhalang. Maklum gamelan ataupun wayang saja tidak punya. Sedih sekali saat mendengar cerita bapak ketika ada tanggapan wayang. Bapak mendatangi rumah niyaga atau pesindhen satu persatu. Jika ternyata niyaga ataupun pesidhen yang akan diajak bapak pentas sudah lebih dulu menerima pekerjaan dari dhalang lain, Bapak harus legawa. Bapak mengalah dan pergi ke tempat lainnya. Saat itu tidak ada handphone seperti sekarang, sepada motor pun tak ada. Satu-satunya transportasi yang dimiliki adalah sepeda onthel. Pernah juga ke tempat pesindhen dengan ibuk naik sepedha onthel boncengan. Ibuk membawa lampu petromak karena saat itu jalanan tidak seterang saat ini. Perjalanan yang mereka tempuh bisa dibilang sangat jauh. Namun mereka tetap menjalani itu dengan ikhlas.
Bapak ndalang sekitar th 95

Pertama kali bapak ndhalang adalah di pernikahan adiknya bapak alias bulik , aku biasa menyebutnya ‘mak tik’. Setelah ndhalang semalam suntuk, bapak sempat merasa tidak bisa bangkit berdiri. Maklumlah pengalaman pertama duduk bersila dalam wakttu yang lama. Setelah pementasan perdana tersebut banyak warga yang menganggap bapak itu berbakat dan mereka menyukainya. Akhirnya bapak mulai diundang di acara-acara baik bersih desa, maupun acara pernikahan dari kampong ke kampong. Bapak ketemu ibuk juga saat ndhalang di Wonogiri lho.. tapi ibuk bukan pesindhennya.
Darah seni dari bapak sangat kental mengalir di tubuhku,  Sejak TK sudah mulai pentas baik gerak dan lagu, drum band, dll. Memasuki SD sudah mulai bernyanyi di atas panggung saat 17 Agustus. Aku ikut menyanyi dalam sebuah grup dangdut dimana para pemain musiknya adalah keluarga sendiri. Mulai dari sana aku belajar bernyanyi. Setelah itu sering diminta bernyanyi di acara sekolah, mewakili sekolah lomba macapat, ataupun menyanyi di pernikahan tetangga.
Saat memasuki SMP, bakat menyanyiku mulai diendus oleh guru musikku ketika aku mewakili kelas membawakan lagu terlena. Alhamdulillah juara 1. Setelah itu rutin menyanyi di setiap acara sekolah ataupun mewakili sekolah. Bahkan saat SMA ketika mengikuti lomba macapat bapak yang mengajari saya karena guru bahasa jawa saya tidak bisa nembang. Bapak selalu membuat saya terpesona..
Bersambung…… J




Rabu, 18 September 2013

JILBABKU PUN KIAN BERDENTING

Aku seorang wanita  yang diberi nama begitu cantik oleh orang tuaku. Sebuah nama yang artinya seorang wanita utama, seorang permaisuri yang cantik yang akan melahirkan raja-raja. Orangtuaku berharap memiliki anak yang tidak hanyak cantik secara fisik namun akhlaqnya juga cantik insyaallah.Semoga nantinya aku dapat melahirkan generasi-generasi yang mampu menjadi pemimpin bagi negeri ini.
 Entah sejak  kapan dikatakan ‘layak’ bernyanyi  didepan umum hingga aku diminta menyanyi. Padahal suara juga pas-pasan saja.  Bapaku tercinta yang menurunkan darah seni itu mengalir deras dalam tubuhku. Bapaku pandai memainkan wayang, beliau adalah seorang dhalang. Meski tak sekondhang Ki Manteb, perjuangan ndhalang bapaku sangat menginspirasi. Mungkin dilain kesempatan menceritakan tentang perjuangan bapak.
Kembali kepada bernyanyi. Karir bernyanyi  pertama kali adalah kelas 3 SD di sebuah acara HUT RI. Aku diberi kesempatan bernyanyi di sebuah panggung. Panggung itu cukup  megah menurut ukuran anak SD.  Jangan dikira aku menyanyikan lagu anak-anak lho. Bukan..bukan lagu anak-anak yang kunyanyikan. Melainkan lagu dangdut. Semua pemain musiknya masih sanak famili. Kalau tidak salah waktu itu membawakan lagu dari Evie Tamala. Lucu sekali memang anak kecil nyanyi dangdut. Tapi dangdutnya gak heboh dengan goyangan erotis seperti sekarang ini. Musik dangdut yang masih sesuai dengan jalur Bang Rhoma. Kalau yang heboh itu sungguh Terlalu..hehe J. Bisa dikatakan pengalaman pertamaku yang mengantarkan ke pengalaman berikutnya.
Aku seperti digiring ke suatu tempat dimana aku sendiri tidak tahu kemana akan bermuara. Semua orang menggiringku untuk berkesenian. Saat itu aku benar-benar belum menemukan bakatku sesungguhnya itu apa. Pak Pri guru SD ku yang membimbingku dengan sabar untuk mengikuti lomba macapat. Macapat adalah tembang jawa dimana ada aturan tertentu dalam setiap lagunya. Aturan tersebut adalah guru lagu (bunyi dalam setiap akhir lagu a.i.u.e.o), guru wilangan (jumlah suku kata per baris), guru gatra (jumlah baris dalam setiap bait). Alhamdulillah meski masih pemula sempat Juara 3 di tingkat Kabupaten.  Kegiatan bernyanyi di SD masih terus berlangsung,  mengikuti kegiatan pentas seni mewakili sekolah atau menyanyi di hajatan tetangga.
Memasuki SMP kukira orang lain tidak akan tahu bahwa aku senang bernyanyi.  Ternyata aku salah. Semenjak ditunjuk mewakili kelas untuk mengikuti lomba vocal antar kelas dan berhasil mendapatkan juara 1, seisi sekolah jadi tahu kalau aku bisa bernyanyi. Sejak saat itu sering diminta mengisi setiap ada  acara di sekolah. Selain itu ikut ansambel musik dan karawitan. Semua kegiatan ekstrakulikuler yang kuikuti tidak pernah jauh dari yang namanaya kesenian. Mengikuti  ekstra Karawitan pun tidak dipilih menjadi pemain gamelannya melainkan menjadi wiraswara alias sindhen. Yah semua kegiatan itu kunikmati saja, hanya sebatas suka dan nyaman tanpa tahu adakah kemanfaatan dari lantunan lagu yang kusenandungkan. Astagfirullah. Iri rasanya melihat teman-teman yang sudah mengenal nasyid dari SD atau SMP.
Menginjak  SMA, masih saja berhubungan dengan kegiatan seni meskipun di sekolah tidak ada mata pelajaran seni musik kegiatan bermusik tidak berhenti. Aku ikut dalam sebuah ekstrakulikuler band. Pantasnya aku megang apa di grup band,? Tidak ada yang pantas sepertinya karena aku memang tidak bisa memainkan alat musik. Jadi tetaplah menjadi seseorang yang memegang microfon dalam grup band tersebut, menjadi vokalis band.  Selain itu aktif mengikuti perlombaan vocal mewakili sekolah.Pernah Ikut Lomba Solo Vokal Alhamdulillah juara 1.  Ingat sekali aku waktu itu menyanyikan lagunya Rossa. Makasih Kak Ocha atas lagunya yang membuat juri terharu.
Sampai di akhir kenaikan kelas 2  aku memutuskan langkah besar dalam hidupku  yaitu menggunakan jilbab. Aku mantap untuk memakai jilbab baik di sekolah maupun diluar rumah meskipun jilbab yang kukenakan terkadang masih belum sesuai syariat. Banyak cobaan  diawal-awal  menggunakan jilbab. Tapi Alhamdulillah masih tetap istiqomah dalam berjilbab.
Sempat gamang juga dengan keputusan besar ini, namun kegiatan ngeband masih saja kujalani. Mengikuti lomba vocal, macapat, dan sebagainya. Pernah waktu itu ditunjuk sekolah untuk mewakili kecamatan dalam festival penyanyi dangdut se kabupaten. Bagi yang lolos seleksi akan masuk ke provinsi dan rekaman. Sebuah surprise ketika memasuki arena perlombaan. Wow.. saya satu-satunya kontestan yang berjillbab. Karena seluruh kontestan menggunakan pakaian layaknya seorang penyanyi professional. Sepatu highills, pakaian seksi make up tebal. Sempat ciut juga mental ini melihat kontestan lain. Karena seluruh kontestan terlihat dari segi usia dan kematangan suara jauh lebih mumpuni. Alhamdulillah saat itu masuk sepuluh besar. Lumayan untuk ukuran anak SMA. Seorang anak SMA yang cupu melawan para penyanyi-penyanyi yang sudah senior.  Meskipun tidak selalu mendapatkan juara tapi aku banyak belajar dari itu. Takdir Allah saat itu menuliskan bahwa semenjak aku berjilbab  jarang sekali memenangkan sebuah perlombaan menyanyi. Aku sempat merasakan kebingungan dalam diri apakah karena aku berjilbab maka tidak seharusnya bernyanyi?  Kegagalan demi kegagalan yang aku alami dalam perlombaan membuatku berfikir keras jangan-jangan yang kulakukan ini sebuah kesalahan. Di tengah kegalauan itu aku masih memenuhi permintaan bapak atau ibu guru yang menyuruhku bernyanyi di berbagai acara.
Manusia tanpa ujian tidak akan pernah naik kelas. Karna sejatinya, ujian itulah yang membuat kita naik setingkat lebih baik. Demikian pula saat sudah berjilbab kemudian masih bernyanyi bukan tanpa ujian pula. Pandangan aneh, cibiran, kritikan sering kudapatkan. Ada suatu pengalaman saat aku akan shalat dhuha, ada kakak kelas SMA perempuan  yang mengatakan “ Kamu kan banyak dosanya ya, biasa nyanyi di café-café gitu jadi harus rajin sholat dhuha ya” Ia berkata tanpa rasa bersalah. Aku cuma diam saja, biarlah Allah yang Maha Tahu. Ya Rabbi…apakah demikan  hinanya aku, café mana coba yang aku datangi. Rumah juga di desa gitu mana ada café. Begitulah itu hanya salah satu yang lain masih banyak lagi.
Tahun 2008, lulus SMA dan mulai memasuki bangku kuliah di sebuah Universitas di Yogyakarta. Masa jeda antara SMA dan kuliah kugunakan untuk menambah pengetahuan tentang keislaman. Termasuk pengetahuan tentang berjilbab yang benar secara syariat. Waktu itu sudah muncul keinginan untuk berjilbab secara benar sesuai dengan buku yang aku baca. Karena aku sempat menangis membaca sebuah hadist  yang menyebutkan bahwa akan ada suatu masa dimana para perempuan itu berpakaian akan tetapi sejatinya telanjang, mereka tidak akan mencium bau surga. Astagfirullah.. aku benar-benar seperti tertampar membaca buku tersebut. Bahkan mencium bau surga saja tidak, padahal surge itu dapat tercium dari jarak yang begitu jauh. Meski sudah ada niatan untuk berjilbab lebih baik lagi, namun niatan itu belum terlalu kuat masih timbul dan tenggelam.
Masa kuliah pun tiba, aku diterima di Jurusan Bahasa Jawa. Sama sekali tidak menyangka kalau ternyata jurusan ini begitu banyak kegiatan yang berbau seni. Baik itu drama, karawitan, macapat dan lain sebagainya. Sebuah surprise yang luar biasa karena kusangka tidak akan bisa lagi bersinggungan dengan dunia kesenian. Disela-sela kuliah  aku mengikuti kegiatan Lembaga Dakwah Kampus. Di sana kami mengkaji islam lebih dalam lagi, dan akhirnya ALLAH memberikan kemantapan hati untuk berjilbab lebih baik lagi. Alhamdulillah sungguh nikmat yang tak terkira. Walau diawal sempat ditentang keluarga. Dengan pertolongan Allah semuanya akhirnya menerima. Dulu disangka teroris atau aliran-aliran islam yang aneh ketika memutuskan menggunkan jilbab yang lebih lebar dan kemana-mana mengenakan kaos kaki. Sekarang, justru orang tua yang melarang menerima tawaran dari tetangga jika diminta menjaga kado  di hajatan mereka. Karna kalau menerima tawaran mereka, jilbab akan dimasukan ke baju.  Hukum dari mana yang mengharuskan seseorang memasukkan jilbabnya dalam baju. Takut tidak modis, takut model bajunya g kelihatan, atau kenapa? Aku lebih takut kalau tidak menjalankan perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Alhamdulillah sungguh, kalau ada niatan Allah selalu memberikan jalan.
Lalu bagaimana kabar hobiku  dalam ‘bernyanyi’? Berhentikah sampai di sini? Kisah ini berlanjut, berawal dari sebuah kegiatan untuk mahasiswa  baru, saat aku memasuki ruangan sudah ada ribuan orang yang duduk di dalam. Sempat terpaku sejenak, memastikan apa yang kulihat dan kudengar. Di hadapanku sedang disajikan sebuah hiburan. Di sana ada sesorang yang bermain grand piano dan ada yang menyanyikan sebuah lagu yang  setelah aku bertanya kesana kemari ternyata itu berjudul Keimanan. Indah sekali, syair dan nada yang dilantunkan merasuk kalbu. Hingga aku berfikir ternyata berkesenian itu seharusnya mempunyai orientasi yang jelas dan bukan hanya sebagai penyaluran hobi. Semenjak saat itu aku mulai mengubah cara pandangku dalam berkesenian. Mulai saat itu aku mengenal apa yang disebut dengan nasyid. Nasyid itu artinya senandung. Namun syair dalam nasyid mengajak seseorang untuk lebih mengenal Allah, Rasul dan semua hal yang memberikan kemanfaatan.
Rohis Fakultas kami mengadakan audisi nasyid muslimah. Aku pun mencoba mengikuti audisi nasyid muslimah di kampus. Akhirnya diterima dan terbentuklah sebuah grup bernama ‘Dawai’. Kini orientasiku dalam berkesenian jauh berbeda. Bermusik tidak hanya hiburan melainkan ada tujuan untuk bersyiar lewat senandung yang kami bawakan.  Di luar dugaan, nasyid kami diterima dan bisa dikatakan menjadi kebangkitan nasyid muslimah di kampus setelah sekian lama tertidur.  Alhamdulillah Grup  kami pun berkesempatan mendapatkan juara di berbagai perlombaan nasyid muslimah di Yogyakarta. Hadiah dari Allah yang luar biasa. Ternyata jilbab lebar sekalipun tak menghalangi kita untuk berkarya di bidang seni. Aku semakin mantap memilih media seni untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Keseruan menjadi seorang mahasiswa bahasa jawa pun semakin menakjubkan. Mulai dari bermain teater, pranatacara ‘MC berbahasa Jawa’, nyindhen, dan sebagainya. Oya kalian tahu sindhen bukan? Penyanyi wanita dalam sebuah pentas wayang. Bayangan yang muncul pasti seorang wanita cantik berpakaian kebaya, bersanggul dan mengenakan kain jarit. Betul seperti itu bukan? Nah sindhen kali ini sedikit berbeda ia tidak memakai sanggul melainkan mengenakan jilbab yang menjuntai menutup dadanya. Tak lupa kedua kakinya tertutup dengan kaos kaki.  Ia itu aku. Itulah diriku ketika berada di zona kesenian tradisi yang berhubungan dengan jurusanku. Ada masa dimana harus bermain karawitan, membacakan sebuah geguritan di sebuah pentas teater atau memang benar-benar nyindhen di pentas wayang kulit. Seru juga sih duduk manis semalaman suntuk menjadi seorang sindhen. Sekali lagi terbukti jilbab lebarku tidak menghalangiku untuk berkarya meski di kesenian tradisi.
Kesenian jawa dan ajaran islam sebenarnya sangat erat kaitannya. Masih ingat dengan Sunan Kalijaga yang menyampaikan dakwahnya melalui wayang? Nah ternyata aku banyak belajar dari berbagai kesenian tradisi ini. Memang benar kebudayaan jawa itu ‘Adi luhung’. Banyak pesan moral yang disampaikan melalui beranekamacam karya sastra jawa.  Bahkan ketika aku nyindhen, membaca geguritan ataupun bermain teater. Banyak yang langsung menmberikan justifikasi bahwa kesenian jawa itu banyak syiriknya. Hatiku pun berkata, makanya belajar, banyak membaca dan mengkaji pengetahuan keislaman. Kita dianugrahi Allah otak dan kemampuan untuk berfikir kenapa tidak dimanfaatkan.  Pengetahuan itulah yang akan menjadi filter  bagi diri kita mana kebudayaan yang sesuai dengan syariat dan mana yang tidak sesuai.
Memang sih secara umum aku dibilang muslimah yang nyleneh lain dari yang lain. Banyak yang menentang dengan apa yang kujalani. Hukum perempuan bernyanyi dan sebagainya banyak diperdebatkan. Sempat goyah juga dengan cibiran orang. Akan tetapi bukan berarti bertindak tanpa dasar lho. Apa yang kulakukan ini sudah kudiskusikan kepada ustad yang ahli dibidangnya. Selain itu juga memperkaya diri dengan banyak membaca buku.  Salah satu buku yang recommended untuk para pejuang seni  adalah ‘Islam bicara Seni’ karya Ust Yusuf Qardawi. Berdasarkan buku-buku yang dibaca dan diskusi yang dilakukan. Semua itu membuat semakin mantap melangkah dan melaju ke depan. Whatever apa kata orang, yang penting aku sudah madhep mantep dengan apa yang kupilih ini. Kalau Pak Taufik Ismail mengatakan bahwa bentuk ketaatan beliau kepada Allah adalah melalui puisi-pusinya. Maka ijinkanlah aku menyampaikan pesan melalui kesenian sebagai bentuk ketaatanku kepada Allah. Karena aku sadar aku tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk menjadi penceramah ataupun penulis. Mungkin inilah salah satu potensi yang bisa kumanfaatkan untuk memberikan kebaikan kepada umat.

Rencana dari Allah itu terkadang memang mengejutkan. Beberapa waktu lalu aku juga diberi kesempatan nyindhen  di sebuah konser megah seorang artis Muslimah Oki Setiana Dewi ketika tour promo album ke Yogyakarta. Alhamdulillah, suatu pengalaman yang luar biasa. Menyanyikan sebuah tembang pangkur untuk memanggil Mbak Oki naik ke atas panggung. Tembang tersebut kurang lebih berisi tentang gambaran seorang Oki Setiana Dewi. Mbak Oki merupakan sosok muslimah berjilbab yang inspiratif menurutku. Prestasi dan kemampuannya disegala bidang begitu amazing. 
Saat menjadi MC di konser Oki Setiana Dewi
Akupun  membuktikan sungguh berjilbab memang bukan halangan sesorang untuk terus berkarya dan berpretasi meskipun prestasiku tidak sebanyak Mbak Oki. Semua itu bergantung pada niat, yaitu benar-benar karena mengharap ridho Allah SWT. Entah skenario apa yang direncanakan Allah selanjutnya, yang jelas  jilbab ini tak menghalangiku tuk berkarya. Jilbab ini terus menuntunku menuju kebaikan dan mengajak untuk terus berdenting. Memainkan nada dan  pesan terindah untuk sesama. Semoga iman  senantiasa terpatri di dalam dada dan barokah untuk semua. Aamiin.